03/30/13 - )|( PKS Bae Kudus
Headlines News :

Pengamat Politik: Demokrat Partai Figur, PKS Partai Modern

Sabtu, 30 Maret 2013 | 23.55

pengamat politik indria samego


Partai Demokrat (PD) sepertinya tidak siap untuk menjadi partai besar. Sebab, aturan internal yang tertuang dalam AD/ART itu, tidak mengatur mengenai pelepasan jabatan publik, ketika seorang kader terpilih sebagai pejabat tinggi partai tersebut.

Kondisi ini jauh berbeda dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dalam AD/ART partai tersebut, secara jelas menyebutkan bahwa siapa pun yang menjabat sebagai pejabat publik, harus melepaskan jabatan partai. Begitu pula sebaliknya, kader harus melepas jabatan partai, ketika menjadi pejabat publik.

“Partai modern tidak tergantung dengan figur, melainkan kuatnya sistem yang dibangun. Rangkap jabatan sebagai pejabat publik dan pejabat partai, bakal mengundang banyak masalah. Posisi pejabat partai berimbas pada kinerjanya sebagai pejabat publik. Seharusnya, PD bisa meniru sistem yang dibangun PKS,” kata peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Indria Samego di Gedung
Habibie Center, Jakarta, Sabtu (30/03).

Menurut dia, seharusnya wacana ini dikembangkan dalam Kongres Luar Biasa (KLB) untuk perbaikan sistem dalam partai tersebut. Hal itu cukup penting untuk mengarahkan Demokrat sebagai partai modern yang tidak bergantung pada sosok seorang figur. “PKS sudah memulai dengan AD/ART. Mestinya Demokrat juga bisa seperti itu,” ujarnya.

Indria juga memprediksi, terpilihnya SBY sebagai ketua umum, takkan berdampak signifikan terhadap tingkat elektabilitas partai. Selain dia tidak lagi mencalonkan diri sebagai presiden, juga akibat persepsi masyarakat yang sudah terlanjur mencap partai itu memiliki banyak kader bermasalah.
“Suara Demokrat akan meningkat setelah SBY menjadi ketua umum, tesis itu tidak akan menjadikan kenyataan. Sebab, SBY untuk 2014 mendatang, sudah tidak bisa menjadi presiden. Fungsinya sebagai ‘vote gathers’ akan semakin berkurang. Terlebih dalam memori masyarakat masih tersimpan banyaknya kader Demokrat yang terjerat masalah,” tandasnya.

Majunya SBY sebagai ketua umum, ungkap Indria, sebenarnya sebuah langkah degenerasi. Seharusnya, posisi Anas Urbaningrum digantikan oleh tokoh-tokoh yang muda potensial yang bersih. “Kalau kondisi Demokrat seperti ini, persis seperti Golkar era Soeharto. Semaunya apa kata Soeharto,” seloroh dia.(bm)

sumber:http://www.suaranews.com/2013/03/pengamat-politik-pertai-demokrat-partai.html

Indahnya Indonesia - Raja Ampat










LHI Dibela Pernyataan Kuasa Hukum Indoguna





Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan mantan presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq sebagai tersangka dalam tindak pidana pencucian uang (TPPU).

Akan tetapi, kuasa hukum PT Indoguna Utama Bambang Hartono membantah adanya aliran dana selain Rp 1 miliar yang menjadi barang bukti penyidik KPK.

"Tidak ada (selain yang Rp 1 miliar)," kata Bambang Hartono yang ditemui di KPK, Jakarta, Rabu (27/3). Menurutnya,  uang sebesar Rp 1 miliar tersebut pun hanya urusan bisnis antara PT Indoguna Utama dengan Ahmad Fathanah.

Dia menegaskan,  uang tersebut tidak ada kaitannya dengan Luthfi Hasan Ishaaq. Selain itu, baik Juard Effendi maupun Arya Abdi Effendi juga mengaku tidak mengenal Luthfi Hasan Ishaaq.

Sedangkan usai pertemuan di Medan yang salah satunya Dirut PT Indoguna Utama, Maria Elizabeth Liman juga tidak pernah ada lagi pertemuan yang melibatkan kliennya dengan Luthfi.
"Tidak ada lagi, hanya pertemuan di Medan satu kali, itu pun bicara mengenai daging celeng (babi) karena banyak komplain. Karena LHI itu ustaz besar maka merasa bertanggungjawab menyelesaikan ini," tegasnya.

sumber:http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/03/27/mkb5n6-lhi-dibela-kuasa-hukum-indoguna

Kader PKS Juga.......???


Asyik saya memainkan gadget yang belum sebulan dibelikan oleh ibu, sambil dikerumuni saudara-saudara sebaya yang sedang berkumpul untuk acara arisan keluarga di rumah saya. Nenek adalah orang yang dituakan untuk meneruskan tradisi keluarga ini. Isinya bukan hanya kumpul-kumpul arisan dan makan-makan, tapi ada juga siraman rohani dari ustadz yang biasanya sengaja diundang. Kali ini yang seharusnya ngisi adalah Pak De yang juga seorang ustadz di kampungnya. Dan gadis-gadis itu, biasanya lebih asyik ngobrol sendiri daripada menyimak ceramah. Saya, mau gak mau harus solider ngikut nimbrung cekikikan. Sementara yang lain, sudah di posisi masing-masing, duduk melingkar sambil nyender, siap menerima santapan ruhani sambil ngemil santapan jasmani.

Tiba-tiba, “Jess…” nenek memanggil. Saya yang sedang asyik di kerumunan gadis-gadis sepupu dan keponakan tidak refleks menengok. Saking asyiknya mainin gadget.

“Uwak Amin mungkin telat, motornya mogok katanya.” nenek melanjutkan pengumuman. Tapi kenapa tadi manggil saya.

“Sudah, kamu buka saja Jess, sekalian kasih kultum.” lanjutnya.

“Hah?” baru sadar kalimat-kalimat itu tertuju ke saya, hampir semua menengok ke arah saya dengan wajah penuh tanya.

“Loh kok saya nek?” protes saya.

Jelas saja saya protes. Kenapa harus saya? Kan masih ada paman saya, ada adiknya nenek yang juga pemimpin yayasan pendidikan, atau sepupu saya yang lebih senior dan jebolan pesantren, atau bapak saya sekalian. Mereka lebih pantas ngomong di forum ini. Bukan saya.

Saya, baru saja lulus kuliah kedokteran dan belum punya ijin praktek. Kuliah di universitas negeri, sempat dua tahun nerusin ke eropa. Dan sekarang lagi ikut apprentice di rumah sakit swasta. Gak ada sedikitpun basic syari’ah formal.

Saya, gadis yang umum banget. Diantara gadis-gadis saudara sebaya gak ada istimewanya, selain kerudung yang kelihatan agak berkibar. Pake kerudungpun belum lama, pas kuliah tingkat tiga dulu, ketika mulai aktif ikut kegiatan tarbiyah di kampus.

Hei, apa ini ada hubungannya dengan kerudung saya? Ketika baru kenal tarbiyah, kerudung pertama saya adalah kerudung trendi yang jauh dari level syar’i. Setelah aktif di kegiatan dakwah kampus setahun, kerudung sayapun pelan tapi pasti membesar dan sekarang Insya Allah sesuai yang disyariatkan. Kalau patokan nenek kerudung, itu kerudung tante saya juga besar-besar. Mungkin bukan itu.

Atau karena saya sering ngobrol dan diskusi masalah agama dengan nenek. Biasa saya menyampaikan fakta-fakta medis yang berkaitan dengan agama.

Hmm… atau jangan-jangan ada yang ngelaporin ke nenek, kalau saya aktif di PKS. Tapi siapa? tak pernah saya pakai kaos PKS, atau ngomongin PKS di rumah. Satu-satunya logo PKS ada di stiker do’a bercermin di kamar saya. Asal tahu saja, sejak jaman orde lama keluarga saya penganut setia partai tertentu. Dan belum ada seorangpun yang berani coba-coba melawan tradisi ini. Saya, ngumpet-ngumpet aktif di PKS.

Detik berlalu, saya semakin panik. Dan dengan satu hembusan nafas sambil mengucap Bismillah, saya menggeser duduk, keluar dari kerumunan gadis-gadis. Mata-mata itu masih megikuti saya. Tidak ada yang komen, tidak ada sepatah kata terucap. Ibu masih sibuk dengan box air minum yang sulit dibuka, belum ngeh apa yang sedang terjadi. Bapak saya memanjangkan lehernya melongok kiri kanan seolah mencari Jess lain di sekitarnya.

Kalau urusannya ngisi materi ke adik-adik mahasiswi, itu kerjaan saya tiap minggu. Bahkan di Eropa dulu kegiatan ini tak pernah lepas. Tapi ditengah keluarga sendiri? Duh, saya betul-betul minder.

Saya dekati tempat duduk nenek yang masih memegang mic. Berbisik, mendekatkan mulut ke kuping nenek sambil merajuk protes. Dan nenek dengan tanpa beban menyerahkan mic itu.

“Ayo Jess…” senyum nenek penuh arti. Matanya bermain riang. Ada kegembiraan disana. Ada ketenangan yang membuat debar jantung saya mulai terkendali.

Menit pertama gugup. Menit kelima mulai bisa bernafas lega dan bisa mengontrol pitch kalimat-kalimat. Menit kelima belas, sudah berani menatap mata satu persatu sodara-sodara yang datang siang itu. Dalam ingatan saya, sekian puluh pasang mata itu tak ada satupun yang berkedip. Hingga saya sendiri tidak berani berkedip… Ibu dan bapak saya melongo, ada riak basah di bola matanya. Akhirnya, setelah 37,5 menit, materi ukhuwah bisa saya sampaikan lengkap dengan ayat dan hadits penunjang. Pfuih…

“Terima kasih Jess…” itu adalah kalimat penutup dari nenek. Tidak ada kalimat lain. Masih belum percaya, mata-mata itu masih memandang saya.

Bubar acara, saya seperti orang yang berbeda. Gadis-gadis sebaya yang tadi asyik merubungi saya tak ada satupun yang mendekat. Sayapun kikuk sendiri.

“Masuk Jess… masuk banget materinya. Bulan depan bisa ngisi lagi nih.” kata salah satu paman saya sambil menyodorkan piring kue ke depan saya.

“Apaan sih om…” kilah saya, dengan muka sedikit memerah.

“Umi sudah lama tahu, kamu itu punya sesuatu.” kata nenek masih dengan senyuman seperti tadi. Kami sekeluarga biasa memanggil dia Umi.

“Aaah umi… Jess malu, gak ada apa-apanya. Masih ada yang lain yang lebih pinter mi.” saya merajuk manja meremas jemari nenek.

“Semua cucu Umi hebat… terutama kamu. Kamu kader PKS juga kan?” lanjut nenek tersenyum sambil merapikan kerudung saya.

Terkesiap, mendengar kata PKS dari mulut nenek. Saya memicingkan mata berharap nenek melanjutkan penjelasan.

“Do’akan nenek panjang umur. 2014 nanti nenek pilih partaimu.” lekat nenek menatap mata saya yang riaknya semakin tebal.

Paman saya yang lainnya datang menghampiri.
“Jess, kalau ada acara PKS undang-undang om ya…” selorohnya sambil mengedipkan sebelah mata.
“Siap om!!!” menggamit bibir saya berusaha tersenyum, tapi akhirnya riak-riak itu tak sanggup saya bendung, mengalir seiring senyuman kerabat yang memandang takzim.

–seperti diceritakan oleh Jessica @pksqatar
sumber:http://www.kabarpks.com/2013/03/kader-pks-juga.html

Dengan Cinta Kami Diterima di Ayamaru



Kadi Abdul

Ayamaru; 29 maret 2013

Perjalanan kami kali ini tidaklah mudah, perjalanan di sepertiga malam yang nikmat ketika kita pakai berkhlawat dengan sang khalik berubah menjadi perjalanan penuh heroic. Lampu sorot mobil kami berjalanan, lantunan semangat kami menderu keras menuju sebuah tempat nun jauh dari kota sorong. Dialah kabupaten maybrat.

Pagi hari kami sudah sampai, indahnya embun dan kabut danau ayamaru menyambut kehangatan mentari, aktivitas kami lanjutkan untuk menyelesaikan berbagai urusan. Lepas siang kami melakukan shalat dhuhur di sebuah mushola yang rencana akan di bangun masjid namun karena belum mendapatkan persetujuan dari warga sekitar akhirnya masjid tersebut belum di bangun. Terlihat kumpulan batu bata yang akan di gunakan untuk membangun masjid tertata mengelilingi mushola.

Kesejukan kembali kami dapatkhan setelah shalat dhuhur yang kami lakukan ber empat bergabung dgan dua warga local yang ada disana. Setelah kedamaian menyelimuti hati kami perjalanan kami lanjutkhan dan di tengah jalan kami mendapatkan tumpukan durian. Lalu kami berhenti dan menanyakan durian dan mencicipi beberapa buah di tempat tersebut.

Menariknya tempatnya berada di depan kantor KPU Kabupaten Maybrat di distrik Ayamaru. Ku ambil foto dan sengaja ku jepret dari arah depan. Setelah lama kulihat selidiki beberapa bendera partai yang ada hanya delapan yang terpampang. Semua adalah partai nasionalis kecuali satu PKS. Di antara partai yang mengusung islam hanya ada PKS di antara partai lain. Tidak ada partai matahari disana, apalagi partai ka’bah. Lalu iseng saya bertanya kepada beberapa orang di sekitar situ.

“bu kog partainya cuman delapan”
“Iya pak cuman delapan” katanya.
Lho khan partainya sekarang sepuluh sahutku,(red: sekarang lebih dari sepuluh)
“Iya itu yang lain gak tahu, tapi si katanya karena beberapa yang lain itu partai islam jadi masyarakat tidak mau terima” tambahnya.
“Oh begitu yah bu koq PKS ada bu “ mencoba menyelidiki.
“oh itu beda ketuanya khan orang ayamaru juga, kayaknya si kuat juga itu, lagian mereka bagus pendekatan ke masyarakat”

Sembari memakan durian di sana kami ganti perbincangan ke arah yang lain.
Dari percakapan sebentar itu sedikit menginspirasi kami kenapa gerakan kami bisa diterima,

Ada hal yang berbeda tapi ada hal prinsip yang justru sangat di terima oleh mereka yang menolak yang lain, Tanya kenapa cobalah bertanya pada mereka, masyarakat yang juga konstituen politik.

Di ayamaru belom ada sinyal apalagi sinyal TV, Tanya kenapa mereka menerima kami, lalu bertanyalah pada diri kita bagaimana politik nasional ini bisa diterima dengan segala keunggulan nilai yang telah di buat kepada masyarkat.

Tapi ada satu kesimpulan yang tidak mungkin salah, bahwa dengan cinta kami diterima oleh mereka.
Gerakan kami dari hati dan akan selalu diterima dengan hati.
Gerakan kami dengan cinta maka mereka menerima kami dengan cinta
Geraka kami dengan ketulusan maka ketulusan juga yang menerima kami tanpa pamrih.
Semoga bermanfaat dan semoga tetap memberi manfaat
Salam tiga besar untuk masyarakat Indonesia

sumber:http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/03/30/dengan-cinta-kami-diterima-di-ayamaru-546374.html

Post Terpopuler

Arsip Blog

Total Tayangan Halaman

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. )|( PKS Bae Kudus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger