TADZKIROH
DEWAN SYARI’AH PUSAT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
NOMOR: 14/TK/DSP-PKS/1434 H
TENTANG
MENGHINDARI HAL-HAL YANG MENIMBULKAN FITNAH
Menyikapi musibah dan ibtila akhir-akhir ini, maka Dewan Syariah Pusat
mengingatkan (memberikan tadzkiroh) kepada seluruh pimpinan PKS, pejabat
publik dan seluruh kader, untuk senantiasa menjaga iffah (kehormatan
diri) dan menghindarkan diri dari hal-hal yang menimbulkan fitnah. Allah
Ta’ala berfirman:
َمَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبةَ فَبِمَا كسَبتَ أَيْدِ يكم وَيَعْفُو عَنْ كثيٍر
”Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu)” (QS As-Syuraa 30).
Sesungguhnya kasih sayang Allah Ta’ala terhadap hamba-Nya masih jauh
lebih luas, sehingga Allah memaafkan banyak sekali kesalahan dan dosa
yang telah dilakukan. Oleh karena itu kita jangan meremehkan dosa dan
kesalahan, karena bisa saja Allah menimpakan musibah dan fitnahnya
kepada yang lain. Allah berfirman:
وَاتَّقُوا فِتنةً لا تُصِيبَنَّ الَّذينَ ظَلَمُوا مِنكم خاصَّةً وَاعْلَمُوا أَن اللَّه شدِيدُ الْعِقَابِ
”Dan peliharalah dirimu dari pada fitnah ( siksaan) yang tidak khusus
menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa
Allah Amat keras siksaan-Nya.”(QS al-Anfaal 25).
Fitnah tidak hanya menimpa pelaku perbuatan haram dan zhalim saja,
tetapi juga menimpa orang lain. Berkata Ibnu Abbas ra. terkait dengan
tafsir ayat ini, Allah memerintahkan orang beriman untuk tidak mengakui
kemungkaran yang terjadi di tengah mereka, kalau mereka mengakui, maka
Allah akan meratakan adzab-Nya. Rasulullah saw. bersabda
ِإللَّهَ لا
يعُذبُ الْعَامةَّ بِعَمَلِ الْخَاصَّة ، حَتى يَروُا الْمُنكر بَيْنَ
ظَهْرانيْهِم وَهُم قَادِرُون عَلَى أن يُنكروهُ ، فَإِذَا فَعَلُوا
ذَلِكَ عَذبَ اللَّهُ الْعَامَّة وَالْخَاصَّة
“Sesungguhnya Allah tidak mengadzab masyarakat umum dengan amal
keburukan yang dilakukan orang tertentu (khusus), sehingga ketika mereka
melihat kemungkaran diantara mereka, dan mereka tidak mengingkari
kemungkaran tersebut padahal mampu. Jika mereka melakukan itu, maka
Allah menyiksa masyarakat umum dan khusus” (Al-Musnad Ahmad 4/192-
Para pimpinan partai, pejabat publik dan kader dakwah hendaknya tetap
menjaga „iffah (kehormatan diri) dan menjauhi hal-hal yang menimbulkan
fitnah dalam bermuamalah terhadap harta, wanita, tempat kegiatan dan
kedudukan. Allah Ta’ala berfirman:
وَالّذَ ينَ لَايَشهَدُون الزُّورَ وَإِ ذَامَروا بِاللّغوِ مَروا كراما
”Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila
mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan
yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan
dirinya.” (QS Al-Furqaan 72).
Dalam tafsir Ibnu Katsir 6/130 disebutkan, bahwa di antara sifat
ibadurrahman adalah orang-orang yang memiliki sifat sebagaimana ayat
ini. Di antara makna az-zuur adalah syirik dan menyembah berhala, yang
lain berpendapat yaitu dusta, fasik, main-main dan batil. Berkata
Muhammad bin Hanafiyah, maknanya adalah main-main dan nyanyian. Berkata
Abul ’Aliyah, Thawus, Muhammad bin Sirin, Ad-Dhahak, Rabi bin Anas dan
lainnya yaitu hari rayanya orang musyrik. Berkata Amru bin Qois yaitu
majelis yang buruk dan kotor.
Berkata Malik dari Az-Zuhri, yaitu minum
khomr, mereka tidak menghadirinya dan tidak suka sebagaimana disebutkan
dalam hadits, ”Siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka jangan
duduk di tempat yang disana diedarkan minuman keras.” (HR at-Tirmidzi).
Dan menurut Ibnu Katsir bahwa pendapat yang nyata dari alur ayat ini
adalah tidak menghadiri az-zuur, oleh karena itu diteruskan dengan
rangkaian ayat berikutnya:
وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
{ jika terpaksa harus lewat/hadir, maka mereka lewat/hadir dan tidak melakukan az-zuur tersebut. }
Dari Ibrahim bin Maisarah bahwa Ibnu Mas’ud melewati tempat
lahwu/permainan, beliau berpaling (tidak berhenti) maka Rasulullah saw.
bersabda, ”Ibnu Mas‟ud telah melalui pagi hari dan sore hari secara
mulia (menjaga kehormatan)” (HR Ibnu Asakir).
Supaya kita senantiasa terjaga dari fitnah, maka kita harus menjaga
muru'ah (hifzhul muru'ah), waspada terhadap syubuhat (ittiqaus syubuhat)
dan menjauhi hal yang haram (ijtinabul muharramat).
Rasulullah saw memberi contoh yang baik bagi kita, agar tidak terjadi
fitnah, maka Rasulullah saw menjelaskan bahwa beliau sedang bersama
istrinya (bukan perempuan lain).
Diriwayatkan oleh Shafiyah binti Huyay berkata, ”Suatu hari Rasulullah
saw sedang beri'tikaf, aku mengunjunginya malam hari, berbicara dan aku
bangun untuk pergi. Rasulullah saw ikut bangun mengantarkanku. Sedang
Shafiyah tinggal di rumah Usamah bin Zaid. Maka lewatlah dua sahabat
Anshar, ketika keduanya melihat Rasulullah, maka keduanya segera pergi.
Maka Rasulullah bersabda, ”Tunggu! Ini adalah Shafiyah binti Huyay
(istri Rasul saw).” Keduanya berkata, ”Subhanallah, ya Rasulullah.”
Rasul bertakbir dan bersabda, ”Sesungguhnya syetan mengalir pada anak
adam seperti aliran darah, dan saya takut muncul pada kedua hati kalian
keburukan.” (HR Bukhari dalam Adab Al Mufrad dan Muslim )
Islam mengajarkan kepada kita akhlak yang mulia yaitu muruah (menjaga harga diri), supaya terhindar dari fitnah.
Para pimpinan partai, pejabat publik dan para kader dakwah juga harus
berhati-hati pada harta yang syubhat dan tidak jelas, mereka harus
mewaspadai harta syubhat. Sebab ketika mendekati tempat larangan, maka
akan mudah jatuh pada sesuatu yang dilarang Allah.
Rasulullah saw bersabda:
عَنْ النعْمَان
بْنِ بَشيٍرَرضي اللَّه عَنهُمَا قَال: سَمِعْت رَسُول اللَّهِ صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُول: إن الْحَلَال بَيِّنٌ وإن الْحَرام
بَيِّنٌ، وَبَيْنهُمَا أمُورمشتبِهَات ، لَا يَعْلَمُهُنَّ كثيرمن الناس،
فَمَنْ اتَّقَى الشبُهَاتِ فَقَدْ اسْتبْرأ لِدِينهِ وَعِرضهِ وَمَنْ وَقَع
فِي الشبُهَاتِ وَقَع فِي الْحَرامِ
Dari An-Nu‟man bin Basyir berkata, saya mendengar Rasulullah saw,
bersabda, ”Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas
dan di antara keduanya adalah sesuatu yang syubhat, sebagian manusia
tidak mengetahuinya. Siapa yang menghindarkan diri dari syubhat, maka
dia telah menjaga agama dan kehormatannya. Siapa yang jatuh pada yang
syubhat, maka jatuh pada yang haram..” (Muttafaqun „alaihi).
Ittiqo-us syubuhat (menghindarkan diri dari syubuhat) merupakan
prinsip yang harus dipegang oleh kita. Disebutkan dalam Risalah Ta’lim,
tentang kewajiban kader, poin 34 dan 35:
- Hendaknya Anda menjauhi teman-teman yang buruk dan rusak, tempat-tempat maksiat dan dosa.
- Hendaknya Anda menghindari tempat-tempat hiburan, jangan mendekatinya dan menjauhi fenomena kemewahan dan berlebihan.
Dari penjelasan tersebut, maka DSP memberikan tadzkiroh kepada pimpinan, pejabat publik dan kader dakwah, sebagai berikut:
(1) Hendaknya dalam muamalah maliyah, baik berusaha, menerima dana
maupun menyalurkan dananya wajib memastikan terpenuhinya tiga prinsip;
aman syar`i, aman yuridis dan aman citra (3A).
(2) Hendaknya menjaga iffah, muruah, menjauhi syubhat dan meninggalkan
yang haram dalam setiap muamalah (perkataan, perbutan dan tindakan).
(3) Hendaknya menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan fitnah dan
kerusakan, seperti berteman dengan teman yang buruk, memperlihatkan gaya
hidup mewah, mendekati tempat hiburan dan kemaksiatan.
Demikianlah, para pemimpin, pejabat publik dan kader dakwah harus
mewaspadai segala bentuk fitnah dan dosa. Dan setiap masalah yang dapat
mengarah pada fitnah, dosa dan kerusakan, maka harus segera diselesaikan
dan dicari akar masalahnya, jangan sampai fitnah mengarah pada yang
lebih besar lagi yang pada gilirannya akan mengurangi keberkahan dan
merusak dakwah, jamaah dan umat secara keseluruhan. Sorang da’i berkata,
”Aku khawatir, bencana yang menimpa kaum muslimin dikarenakan dosa-dosa
yang telah kulakukan. Sebab aku tahu persis dosa-dosaku!”
الله يحاسبنا وهو حسبنا ونعم الوكيل
Jakarta, 29 Mei 2013M
19 Rajab 1434H
DEWAN SYARI’AH PUSAT
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA