03/31/13 - )|( PKS Bae Kudus
Headlines News :

Istri Anggota Dewan PKS Berwirausaha, untuk Bantu Suami

Minggu, 31 Maret 2013 | 08.45



Hadi dan Keluarga




Erna Mirani terkaget-kaget menerima Telpon dari suaminya, ia memintanya mengantarkan jas dan sepatu ke Gedung Berlian DPRD Jateng. Tak di sangka Hadi Santoso suaminya akan dilantik menjadi anggota DPRD Propinsi Jawa Tengah. Ia di tunjuk menggantikan Anggota lainnya yang mengundurkan diri karena terpilih sebagai wakil walikota Salatiga.

Erna sadar, setelah suaminya menjadi anggota Dewan, justru hidupnya dan keluarga tidak lagi normal. Akan banyak sekali beban yang harus di emban suaminya. Berbeda dengan persepsi banyak orang, hidup enak setelah suami jadi anggota dewan. Erna justru terjun menjadi wirausaha dan berjuang keras. Erna memiliki prinsip jangan menjadi beban bagi orang lain, kalau bisa justru membantu suami. Apalagi justru Gaji dari anggota dewan hanya bisa di pakae 1/3 saja, sisanya untuk konsituen dan keperluan lain.

Terinspirasi dari lingkungan sekitar dan teman-teman erna yang memiliki banyak anak. Banyak tersedia mainan anak yang berkualitas namun harganya sangat mahal. apalagi penggunaanya hanya sementara. mainan tidak lagi digunakan setelah anaknya besar. inilah peluang yang di ambil Erna. Erna menyediakan alat-alat bayi dan mainan anak-anak dan menyewakannya. Hasilnyapun tidak mengecewakan.

Usaha rental ini di mulai setelah 1 bulan suaminya menjadi anggota Dewan. Erna melayani rental perlengkapan bayi dan mainan anak di daerah Semarang dan sekitarnya. di tahun pertama omset baru mencapai 32-33 Juta. namun di tahun ke dua sudah mencapai 100 Juta lebih. Jumlah yang lumayan mengingat ia adalah ibu rumah tangga dari 3 anak-anaknya yang masih kecil.

tidak berhenti di situ, sekarang Erna telah membuka cabang usaha lain. Salon Muslimah di buka sejak 3 bulan yang lalu. dengan penambahan cabang usaha ini di harapkan lebih banyak memberikan hasil dan bisa membiayai keperluan keluarganya. Erna berharap suaminya bisa total 100% untuk rakyat.

sumber:http://pksjateng.or.id/index.php/read/news/detail/905/Niat-bantu-Suami-Istri-Aleg-PKS-giat-ber-wirausaha

Apakah Allah Ridha dengan Pekerjaanku?


"Apakah uangku halal dan diridhoi Allah?"




SYU”AIB bin Harb berkata: “Jangan menyepelekan uang receh yang engkau dapatkan dengan cara menaati Allah di dalamnya. Bukan uang receh itu yang akan digiring (menuju Allah), akan tetapi ketaatanmu. Bisa jadi dengan uang receh itu engkau membeli sayur-mayur, dan tidaklah ia berdiam di dalam rongga tubuhmu hingga akhirnya dosa-dosamu diampuni.” (al-Hatstsu ‘ala at-Tijarah wa ash-Shina’ah, karya Abu Bakr al-Khallal).

Dari pesan di atas bisa diambil benang merah jika baik buruknya suatu perkerjaan di mata Allah bukanlah dinilai dari besar kecilnya gaji yang diperoleh, akan tetapi dari cara kita melakukannya. Pertanyaan mendasar yang harus dicamkan adalah, “Apakah Allah ridha dengan pekerjaan saya ini?” Inilah cara berpikir seorang Muslim, sebagaimana diajarkan Nabinya; bukan menuruti logika materialis ateis yang hanya mengedepankan pragmatisme.

Cara berpikir pragmatis tak bertuhan inilah yang membuat sebagian orang dengan berani menyebut perzinaan sebagai “pekerjaan”, seolah-olah hendak menyamakannya dengan profesi guru, petani, pedagang, advokat atau birokrat. Bukankah sebagian besar kita telah terbiasa menyebut Pekerja Seks Komersial, dibanding menyebut pelacur atau pezina? Astaghfirullah!
Bekerja mendapatkan rezeki yang halal adalah kebajikan, apapun bentuk dan derajatnya di mata manusia. Bahkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjadikannya sebagai salah satu kewajiban bagi umatnya. Beliau bersabda, “Mencari yang halal adalah kewajiban setiap Muslim.” (Riwayat Thabrani dalam al-Awsath, dari Anas bin Malik. Menurut al-Haitsami: isnad-nya hasan).

Dengan demikian, pekerjaan yang halal sama dengan beribadah. Setiap tetes keringat akan dihargai dengan pahala berlipat ganda. Apapun yang dihasilkannya menjadi berkah, dan semakin menguatkan tali perhubungan dengan Sang Pencipta. Rasulullah bersabda,

“Sungguh, tidaklah engkau memberikan nafkah yang dengan itu engkau mengharapkan wajah Allah, melainkan engkau pasti diberi pahala, bahkan terhadap (sesuap makanan) yang engkau suapkan ke mulut istrimu.” (Riwayat Bukhari dan Muslim, dari Sa’ad bin Abi Waqqash).

Pekerjaan kasar yang mengandalkan otot sama mulianya dengan pekerjaan intelektual, asalkan halal. Dan, tentu saja bekerja jauh lebih baik dibanding mengemis, sesulit apa pun caranya.

Anas bin Malik bercerita, bahwa seseorang dari kaum Anshar datang kepada Nabi untuk meminta-minta. Beliau pun bertanya, "Tidak adakah sesuatu apa pun di rumahmu?" Ia menjawab, “Ya, ada. Kain alas pelana yang sebagian kami buat pakaian dan sebagian lagi kami hamparkan (untuk tikar), serta gelas besar yang kami gunakan untuk minum.” Beliau bersabda, "Bawalah keduanya kepadaku." Ia kemudian membawanya. Beliau mengambilnya dengan tangan beliau dan berkata, "Siapa yang mau membeli kedua barang ini?" Seorang laki-laki berkata, “Saya membelinya dengan satu dirham.” Beliau berkata, "Siapa yang menambah lebih dari satu dirham?" Beliau mengatakannya dua atau tiga kali. Seorang laki-laki berkata, “Saya membelinya dengan dua dirham.” Kemudian beliau memberikannya kepada orang tersebut, dan mengambil uang dua dirham. Beliau memberikan uangnya kepada orang Anshar itu dan bersabda, "Belilah makanan dengan satu dirham kemudian berikan kepada keluargamu, dan belilah (mata) kapak lalu bawalah kepadaku." Orang itu membawa (mata) kapaknya kepada Nabi, lalu mengikatkan sebatang kayu padanya dengan tangan beliau sendiri. Beliau bersabda, "Pergilah, kemudian carilah kayu dan juallah. Jangan sampai aku melihatmu selama lima belas hari." Orang itu pun pergi mencari kayu serta menjualnya, lalu datang lagi dan telah memperoleh uang sepuluh dirham. Sebagian ia belikan pakaian, sebagian lagi makanan. Kemudian Rasulullah bersabda, "Ini lebih baik bagimu daripada sikap meminta-minta itu kelak berubah menjadi noktah di wajahmu pada Hari Kiamat. Sungguh, meminta-minta itu tidak layak kecuali bagi tiga (jenis) orang, yaitu: orang fakir yang sangat melarat, atau orang yang terbebani hutang sangat berat, atau orang yang menanggung diyat (biaya tebusan atas pembunuhan) sementara ia tidak mampu membayarnya." (Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah).


Sebaliknya, pekerjaan yang terkesan mentereng dan bergaji besar, sangat boleh jadi hanya akan menjadi beban dosa dan kehinaan jika tidak diridhai Allah. Dari waktu ke waktu hanya akan memicu kegersangan, kekacauan, dan berakhir sebagai siksa tak terperikan. Semakin digeluti semakin menggelisahkan, sebab dosa-dosanya semakin menumpuk. Dalam tafsir Zaadul Masir dikatakan bahwa pekerjaan yang haram adalah bagian dari siksa Allah, yaitu “kehidupan yang sempit” sebagai akibat dari kelalaian, keberpalingan, dan meninggalkan tuntunan Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيراً
قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنسَى

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya bisa melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan." (QS: Thaha [20]: 124-126).

Dengan kata lain, menurut Islam, kehidupan yang lapang, pertama-tama bukan diukur dari lapangnya materi, namun dari aspek keselarasan kehidupan itu dengan tuntunan Allah. Baru setelahnya, aspek-aspek lain mengikuti. Entah melarat atau kaya-raya, jika kehidupan seseorang tidak sejalan syari’at, maka layak disebut sebagai “kehidupan yang sempit”. Sama juga, apakah fakir atau serba berkecukupan, kehidupan yang mengikuti aturan Allah adalah “kehidupan yang lapang”. Wallahu a’lam.*  
(M. Alimin Mukhtar, pengajar di Ar-Rahmah Boarding School, Pesantren Hidayatullah Malang)


sumber:http://hidayatullah.com/read/27503/01/03/2013/bertanyalah-dalam-hati:-apakah-allah-ridha-dengan-pekerjaanku-saat-ini?.html

Warung Bakso tutup, Cak Edi justru sukses Rental alat berat


Pantang Menyerah kader PKSyang satu ini. pernah gagal dalam berbisnis tidak membuatnya patah arang dan mundur, namun ia terus maju dan belajar. Edi Faisal atau sering di panggil dengan Cak Edi, pernah mengalamai kegagalan saat membuka bisnis Bakso Malang Cak Edi di Semarang, namun dalam waktu singkat bisa segera bangkit.

Cak Edi pada awalnya optimis dengan bisnis Bakso Malang ini. di daerah Kota Semarang memang terlihat sangat jarang ada Bakso Malang Asli. peluang inipun di manfaatkannya. Namun ternyata memang tidak mudah. Bakso malangnya harus tutup di tahun kedua karena kehabisan modal. Hasil penjualan hanya mampu membiayai biaya operasional saja.


Setelah gagal, Cak edi terus belajar dari pengalaman. Pada akhirnya Cak Edi banting stir dari bisnis kuliner ke bisnis rental. tidak tanggung-tanggung Cak Edi mengembangkan Bisnis Rental alat berat.  hingga saat ini Bisnis alat berat sudah berjalan 3 tahun. meskipun baru berumur jagung, hasil bisnis rental alat berat ini sudah memberikan hasil yang lumayan. Laba bersih sudah mencapai lebih dari 100 juta pertahunnya.

Cak Edi memberikan pesan kepada wirausaha muda yang ingin memulai bisnis. motivasi dalam berbisnis  harus ada namun itu tidaklah cukup, Namun yang jauh lebih penting adalah semangat belajar. yang terpenting lagi Cak Edi menambahkan dalam berbisnis harus ada ke istiqomahan (konsisten) karena dalam bisnis untuk mencapai hasil tidak bisa dengan waktu yang singkat.


sumber:http://www.saudagarpks.com/2013/03/warung-bakso-tutup-cak-edi-justru.html

Post Terpopuler

Arsip Blog

Total Tayangan Halaman

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. )|( PKS Bae Kudus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger