Februari 2013 - )|( PKS Bae Kudus
Headlines News :

Balada Kisah Aleg PKS

Kamis, 28 Februari 2013 | 00.07

Dari sumber aslinya di dewan…. Ustad Zaenal Haq

Ikhwah fillah…

Sejak menjadi Aleg PKS DPRD Kaltim hingga sekarang, ana sering sekali menerima sms dan telpon baik yang memberikan dukungan, respon positif hingga pujian setinggi langit maupun yang mengkritik, menyampaikan kekecewaanhingga yang mencaci maki dengan sumpah serapah.. Tapi semua itu tetap ana terima dengan baik dan direspon dengan santun dan penuh kesabaran khususnya bagi yang menyampaikan kritik dan kekecewaannya kpd kita.. tak jarang hasilnya menjadi berbalik.. yang bersangkutan jadi faham dan mendukung setiap langkah dakwah kita termasuk di parlemen dan pemerintahan.

Salah satu contoh dari sms dengan seorang sahabat lama ana dari fakultas sastra Unhas yang ternyata sudah bergabung dengan Jama’ah Tabligh (JT) di kotanya.. Suatu waktu dia tugas khuruj (semacam jaulah dakwah dalam istilah kita) di Kalimantan Timur di daerah Kutai Kertanegara. Kemudian dia sama ana dalam bentuk epilog (maklum sastrawan) sbb:

“Balada Sang Jubah di Sungai Mahakam” Danau Semayang Bagai Samudera terhampar,  air mahakam mengalir tenang kecoklatan, rumah panggung berjejer dipinggiran, perahu ketinting saling berseliweran.. Danau semayang dihuni suku Banjar, ikan pesut melompat gesit bagai gesitnya manusia sungai Kutai Kertanegara. Indahmu tersembunyi dan disembunyikan.. kami telah datang dan masyarakat menyambut bagai seorang saudara yang telah lama hilang.. anak-anak berkerumun seperti sedang melihat penjual obat.. Sang Jubah melangkah ke Masjid diantar orang-orang tua.. risih rasanya berjabat tangan karena mereka mencium tangan padahal mereka adalah lebih tua dari kami..  Kutanya pada mereka.. apa ada yang datang berdakwah agama di sini?? jawab mereka tak ada yang berdakwah atau kajian.,., yang ada orang datang menawarkan Partai saja.. padahal mereka juga Ustadz katanya..  Astaghfirullah… “

Kemudian ana jawab sms dia dengan epilog dari kisah aleg kita di Kutim sbb:
“Perjalanan Dakwah Sang “Pejabat Miskin”…. Sepanjang jalan yg ada hanya padang ilalang yg menyelimuti lahan tandus bekas tambang batu bara sebuah perusahaan PKP2B di Kutai Timur…. Konon 5 thn lalu padang itu masih berupa hutan lebat dgn kicau burung enggang yg riang bersahutan.. Sepanjang jalan berkubang lumpur dan lobang menganga tak bersahabat dgn kendaraan yg melewatinya… Desa Tepian Indah sebuah desa transmigrasi yg penduduknya hidup miskin… Bertahun2 mrk seperti dibuang dan dipenjara… Jalan masuk desanya sepanjang 6 km tak bisa dilewati roda 4 biasa kecual dobel gardan.. Sang Pejabat yg berpakaian koko kumuh mencoba menjangkau desa tepian indah tapi kelihatan jorong krn berkubang lumpur… Stlh 2 jam berjalan kaki Sang Pejabat akhir sampai di desa itu dan langsung menuju masjid untuk sholat magrib. Masyarakat sdh menunggu dgn antusias dan bertanya kpd Sang Pejabat… Apa bapak Pejabat itu tdk jadi datang ya Pak krn mobilnya tak bisa masuk? Org yg ditanya itu malah bingung lalu dia memperkenalkan diri… Masyarakat pun termagu dan heran kok ada Pejabat mau susah payah menemui mrk pdhl hy diundang untuk ceramah magrib-isya.. Selesai ceramah Sang Pejabat minta izin tidur di masjid krn gelap malam tak bersahabat jika hrs pulang lagi.. Masyarakat tepian indah pun terharu kok ada Pejabat mau tidur di masjid kayu yg dingin beralas tikar plastik tanpa selimut… Mereka tdk bisa membantu krn dirumah mrk jg seperti itu… Sang Pejabat pun tertidur dgn pulas dgn nyanyian jengkrik dan siulan burung malam nanti syahdu…. Pejabat itu seorang anggota dewan dari sebuah partai dakwah… “

Kemudian dia membalas sbb:

“Tak kami sangkah, ternxata ada juga Da’i yg tangguh di PKS, tadinx kami kira cuma
“Ikon saja” pake ” Markas Da’wah segala” karena Da’i itu hrs ada Pengorbanan, Mujahadah di medan Da’wah, bukan yg hx jago ceramah di Masjid perkotaan yg jalanx aspal hotmix yg masjidnx pake lantai mar mar. Sy jdi takjub…krn rata2 yg sy jumpai bila mereka pejabat tiba2 ferformax berubah jadi ” Elitis, protokoler dn jumawa”. Sy berdecak kagum.”

Ana jawab lg sms di atas sbb:

“Sebenarx ada seribu kisah seperti dr kader2 PKS di lembaga pemerintahan. Cuma kita urung mengangkatnya ke permukaan krn takut pahalanya berkurang atau malah bisa hilang… Mungkin pernah baca buku kumpulan kisah pejabat publik asal PKS dlm Buku “Bukan di Negeri Dongeng” ?? Di bbrp blog sy temukan ada byk kisah tauladan dr kader PKS baik punya jabatan publik maupun yg jadi rakyat biasa.. Ada kisah Aleg PKS di lampung yg bertahun2 mengisi pengajian di suatu perkampungan nelayan tapi masyarakat di sana tak tahu kalau ustadz itu seorg aleg krn penampilannya yg sgt sederhana dan dtg di tempat pengajian dgn sepeda motor butut. Ada aleg PKS di kerawang yg juga turun bersawah bersama petani dikampungnya dr sawah warisan org tuanya… Stp sabtu dan ahad manggul pacul ke sawah dan sekaligus menjadi ketua kelompok tani mandiri di desanya… Di kaltim semua Aleg PKS ttp tdk bisa punya rumah dan mobil pribadi kecuali rumah kontrakan dan mobil dinas kantor smntr aleg lain sdh bisa punya lbh dr satu rumah dan mobil pribadi… Aleg PKS ttp manusia biasa yg tdk sempurna dan tentu sj ada selalu ada kekurangan… Mrk sdh berdakwah di tempat kerjanya semampu yg mrk bisa dan itu sdh mengurangi sedikit kemaksiatan di lembagax yg dulu sgt merajalela tanpa kehadiran mereka.. Mrk sdh menambah sedikit kebaikan untuk umat yg dulu kebaikan itu suatu yg sgt “mahal” terjadi di sana… Apakah dakwah itu sebuah permainan sulap yg bisa merubah suatu keburukan menjadi kebaikan sekali tiup?? Dakwah di parlemen yg bergantung nasib umat padanya perlu waktu dan kerja keras untuk memperbaikinya.. Dan aleg PKS tanpa dukungan umat tdk bisa bekerja sendirian melakukan itu…”

Kemudian dia sms lg sbb:

“Wah,sy baru tahu kalau PKS bxk Da’i2 nx yg tangguh dn Ihklas, krn di daerah sy Aleg PKS pake Blazer dn penampilanx Elitis sekali jg Rmh megah…tpi Alhamdulillah krn mrk bs lebih baik kehidupanx, memang sy sedikit skali reverensi PKS, Walau Tamzil Lindrung sy kenal baik,tp sy tdk pernah tanxa soal PKS… “

Ana jawab lagi sbb:

“Seperti yg sy sdh sampaikan sblmnya bhw aleg PKS adalah ttp manusia biasa, ada sj kekurangan dan kelemahan yg melekat padanya.. Ada yg keikhlasannya sgt tinggi ada jg yg msh sdkt pamrih… Ada yg ttp hidup sederhana dan merakyat tapi juga kita akui ada yg mencoba sdkt berubah agak “lebih baik” dr tingkat kehidupannya sblmnya. Tapi dlm pantauan Badan Legislasi (Baleg) dan Badan Penegak Disiplin Organisasi (BPDO) DPP PKS yng mengawasi kinerja dan performance pejabat publik asal PKS, scr umum pola hidup aleg PKS dan pejabat walikota/bupati/gubernur/menteri asal PKS msh dlm tingkat wajar dlm artian blm termasuk dlm pola hidup berlebih2an.. Kalau di Kaltim tdk ada aleg PKS yg punya Blazer kecuali itu modil dinas kantor…”

Terakhir dia sms sbb:

“Saya doakan semoga PKS tetap menjadi Partai Dakwah.. saya salut dan tak terasa saya mensngis membaca sms saudaraku ini.. Rupanya masih istiqomah seperti kala di kampus dulu.. Saya akan bantu PKS menang dalam Pemilu ini agar nasib Ummat bisa lebih baik…

Wassalam

Itu salah satu sms-smsan ana dengan teman lama dan akhirnya mau membantu kita memenangkan Partai Dakwah kita.. Allahu Akbar…

Sumber : http://abiwin.wordpress.com

Kejahatan REZIM MEDIA !! | by @Iswandisyah

Rabu, 27 Februari 2013 | 20.25

Iswandi Syahputra
@Iswandisyah


  1. Mungkin kalau kuasa media saat ini sudah ada sebelum kemerdekaan, belum tentu kita bisa merdeka.

  2. Meminjam Baudrillard, media sudah lakukan strategi fatal. Membunuh karakter orang yang belum terbukti bersalah.

  3. Kejahatan media itu bersifat imun, jahat tapi memiliki kekebalan sosial, karena masyarakat terlanjur candu dengan isi media.

  4. Kejahatan media itu mirip zat berbahaya dalam mie instan atau rokok, legal dijual, dinikmati secara sah dan masif hingga susah dilawan.

  5. Kejahatan media itu mirip tato dalam tubuh, awalnya identitas pelaku kriminal perlahan berubah menjadi identitas penikmat seni.

  6. Kejahatan media itu seperti kerjaan tukang pijet, orang bisa tertidur karena dipijet... Media juga bisa bikin publik tertidur.

  7. Kejahatan media itu mirip kerja rentenir, awalnya seperti orang baik berikan pinjaman tapi akhirnya bisa mematikan mencekik leher.

  8. Kejahatan media itu sistematis dan terorganisir. Pelakunya tidak sadar sedang berperan jadi penjahat karena mereka sudah merasa nikmat.

  9. Kejahatan media itu sangat nyata tapi bersembunyi dibalik topeng kebebasan pers, kebebasan menyampaikan pendapat/ekspresi.

  10. Kejahatan media itu sah karena dibenarkan oleh hukum dan diterima oleh masyarakat.

  11. Kejahatan media itu legal karena diatur oleh peraturan. Tidak ada yang bisa melawannya, sekalipun peraturan itu diubah.

  12. Kejahatan media itu bisa merubah orang saleh menjadi orang salah, mampu merubah tuntunan jadi tontonan.

  13. Kejahatan media itu seperti dokter yang membawa jarum suntik berisi racun dan siap menyuntik tubuh publik yang tidak berdaya.

  14. Kejahatan media itu seperti komplotan antar geng, antar mereka bisa saling serang tapi juga bisa menyatu jika identitasnya terganggu.

  15. Kejahatan media itu seperti kompas rusak, bisa menyesatkan dan menjerumuskan.

  16. Kejahatan media itu seperti kerja dukun yang memberi mantra, jika dipercaya bisa berbahaya.

  17. Kejahatan media itu seperti pekerja salon kecantikan, menipu dengan memoles keburukan wajah.

  18. Kejahatan media itu seperti dokter spesialis bedah, bisa masuk membedah jantung pemirsa.

  19. Kejahatan media itu seperti junkfood, makanan cepat saji, mengenyangkan tetapi tidak menyehatkan.

  20. Kejahatan media itu seperti kerja tentara memburu musuh negara, bisa mengepung rumah siapa saja. Siang malam mereka bertahan disana.

  21. Kejahatan media itu seperti penjaja narkoba, bikin pemirsa kecanduan tidak terkira.

  22. Kejahatan media itu bahkan bisa menggantikan kedudukan ulama, tanpa fatwa dapat diikuti siapa saja.

  23. Kejahatan media itu seperti mafia Italia, bisa mengatur skor sepak bola.

  24. Kejahatan media itu seperti calo tiket KA, terus mencari mangsa padahal tidak kemana-mana.

  25. Kejahatan media itu seperti pembunuh berdarah dingin, sambil tersenyum tapi dapat mematikan karakter orang.

  26. Kejahatan media itu tidak bisa dituntut karena medialah penuntut sesungguhnya.

  27. Kejahatan media itu tidak bisa disidik karena medialah penyidik sesungguhnya.

  28. Kejahatan media itu tidak bisa digugat, karena medialah penggugat sesungguhnya.

  29. Kejahatan media tidak bisa dipenjara karena medialah penjara yang sesungguhnya.

  30. Kejahatan media tidak bisa direkayasa sebab medialah sang maha rekayasa sesungguhnya..

  31. Kejahatan media tidak bisa diperiksa, karena media paling suka memeriksa. Siapa saja bisa diperiksa media.

  32. Kejahatan media adalah imperium simulakra dari berbagai produksi hiper-realitas. Tidak ada yang bisa keluar jika sudah masuk dalam jeratnya.

  33. Karena media maha kuasa tidak bisa digeledah dan diperiksa, maka publiklah yang harus dibangun kesadarannya.

*https://twitter.com/Iswandisyah

Charles K. Palullungan, Nasrani Pengurus PKS Palolo Yang Tak Goyah Fitnah



Masih jelas terngiang dalam ingatanku, meski hampir seminggu berlalu. Pria paruh baya itu menggunakan batik merah, duduk santun diantara kerumunan kader dan simpatisan PKS yang berkumpul malam itu (Selasa,19/2) di aula Bapelkes. Tubuh mungilnya hampir tak terlihat bahkan mungkin kehadirannya tidak akan aku sadari jika saja ketua DPW PKS Sulawesi Tengah, Ust. Zainuddin Tambuala tidak mempersilahkannya berdiri.
“Saya atas nama DPC PKS kecamatan Palolo. Saya selaku sekretaris DPC PKS kecamatan Palolo. Nama saya Charles K. Palullungan," katanya memperkenalkan diri sambil mengambil jeda berbicara. Sontak aku terperangah. Mungkin hanya aku seorang. Selanjutnya ia menyambung lagi.
“Saya seorang nasrani.”kali ini akhir kalimatnya diikuti riuh tepuktangan dan bias senyum tak percaya. Sementara yang lain, memandang terpana. Mengikutiku barangkali yang tanpa sadar hanya menggengam erat kamera tanpa membidikannya, seperti biasanya.
Wajarlah, mereka mungkin baru menyadari kehadiran seorang nasrani di tengah temu kader tersebut. Bahkan beliau bukan seorang simpatisan, tapi pengurus DPC PKS. Catat! Dia seorang kader. Sebagian kader pasti terperangah karena hal ini.
Namun, tidak bagiku. Sejak awal bertemu beliau dalam sebuah kegiatan jaring aspirasi yang dilakukan aleg DPR RI, Ust Akbar Zulfakar akhir tahun lalu, aku sudah mengetahui agama yang dianutnya. Akupun sudah mengetahui bahwa beliau juga kader PKS. Hanya saja, yang lebih membuatku terperangah adalah keistiqomahannya dalam barisan dakwah yang disebut PKS ini.
Aku tidak habis pikir, bukankah belum sampai sebulan gembar-bembor berita kasus dugaan suap impor sapi terhadap Ust, Lutfi Hasan Ishaq ketika gelaran acara itu dibuat? Apakah beliau tidak melihat seliweran berita yang membanjiri media cetak maupun eletronik bahkan media online hampir seminggu dengan headline negatif yang cenderung provokatif bahkan fitnah? Bukankah bisa saja keyakinannya akan goyah pada PKS?
“Ah menurut saya Lutfi Hasan Ishaq itu hanya korban permainan politik,” sanggahnya mantap ketika aku akhirnya berkesempatan berbicara secara langsung dengannya.
Selanjutnya, ia menceritakan awal mula keterlibatannya di PKS. Menurutnya, sebelum melamar sebagai kader PKS, ia sudah pernah ke partai-partai lainnya. Namun, tidak ada yang mau menerima. Hingga meskipun awalnya ragu, ia memberanikan diri untuk masuk sebagai kader PKS.
“Waktu itu saya bertemu dengan Zainuddian Tambuala. Katanya, kita (PKS-red) tidak melihat agamanya tapi manusianya.Inilah alasan sehingga saya masuk, dan juga merupakan alasan paling kuat. Saya merasa partai ini tidak membeda-bedakan agama,” tegasnya.
Ketertarikannya pada PKS makin kuat seiring aktifnya partai ini menuju ke pelosok desanya untuk melakukan kegiatan amal. Bahkan, ia sangat terkagum-kagum ketika Menteri Sosial, Salim Segaf Aljufri datang langsung ke desa Rahmat kecamatan Palolo untuk memberikan bantuan sebesar 73 juta rupiah. Padahal mayoritas penduduk di desa ini beragama nasrani.
“Saya juga tambah yakin dengan PKS waktu anggota DPR RI, Akbar Zulfakar Sipanawa turun langsung ke kecamatan Palolo. Bayangkan, dari 5 orang anggota DPR RI dari Sulawesi Tengah, hanya pak akbar yang turun langsung ke pelosok. Yang lainnya hanya saya tahu lewat foto,” ujarnya berapi-api.
Charles menambahkan bahwa ia akan tetap di PKS meskipun banyak berita miring tentang partai ini. Baginya, PKS mampu melakukan kerja nyata tanpa iming-iming janji palsu.
Sepanjang penuturan laki-laki kelahiran Gunna Malenong 42 tahun silam ini, aku hanya bisa membisu dengan dada bergemuruh. Meski awalnya keheranan dengan kedatangannya di acara temu kader yang menunjukkan kesetiannya pada partai ini, aku akhirnya memahami bahwa sungguh janji Allah itu pasti, inna ma’al usri yusro. Selalu dan selalu kemudahan pasti membersamai kesulitan seberat apapun topaan badai yang menerpa. []

*foto: Charles K. Palullungan Sekr DPC PKS Kec. Palolo Kab. Sigi, Sulawesi Tengah

Ketika Derita Tak Terasa


Sehubungan dengan apa yang tidak disukainya, seorang hamba boleh menempati salah satu dari dua derajat ini; Ridla atau Sabar. Ridla adalah yang lebih utama. Adapun sabar hukumnya wajib bagi setiap insan yang beriman.

Mereka yang ridla adalah mereka yang dapat menghayati hikmah dan kebaikan Dzat yang mendatangkan ujian. Mereka tidak berburuk sangka kepadaNya. Di saat yang lain, ia menghayati betapa Dia Maha Agung, Maha Mulia, dan Maha Sempurna. Ia terhanyut dalam persaksian-Nya atas semua itu, sehingga ia tidak lagi merasakan derita. Hanya saja, hanya mereka yang benar-benar berma'rifah dan bermahabbah saja yang dapat mencapai tingkatan ini. Mereka -bahkan- dapat menikmati musibah yang menimpa mereka, karena mereka tahu bahwa musibah itu datang dari Dzat yang dicintainya. .

Sabar berbeda dengan ridla. Sabar adalah menahan diri dari amarah dan kekesalan ketika merasa sakit sambil berharap derita itu segera hilang. Ridla adalah berlapang dada atas ketetapan Allah dan membiarkan keberadaan rasa sakit, walaupun ia merasakannya. Keridlaannya meringankan deritanya. Karena hatinya dipenuhi oleh ruh yakin dan ma'rifah. Bila ridla semakin kuat, ia mampu menepis seluruh rasa sakit dan derita.[]





Ibnul Qayyim al-Jauziyah

Pembuka Pintu-Pintu Langit

Kita teramat dimanja oleh Allah SWT. Sadarkah kita? Curahan kasihnya kepada kita tak tepermanai. Ia menggadang-gadang kehadiran kita di firdaus-Nya. Ya, ia merindukan kita.

Kala kita melesat jauh dari dekapannya, Ia sigap. Ayat-ayatnya segera berseru memanggil kita, sabda-sabda RasulNya akan lantang mengajak kita kembali.

Dan, kala kita terasuki dosa, ia memberikan penawar. Penawar yang sangat mujarab membersihkan ruhani kita dari gumpalan-gumpalan dosa. Penawar itu teracik dan terkemas cantik dalam kalimat-kalimat sakti “istighfar”.

Habib Umar bin Segaf as-Segaf, dalam karyanya, Tafrihul Qulub wa Tafrijul Kurub, mendedah keagungan istighfar dengan mengalirkan seuntai kalimat ringkas sebagai mukaddimah, “Istighfar adalah instrumen pemantik rizki”. Sudah barang tentu, kalimat ini multi tafsir. Dalam pandangan salaf sekaliber Habib Umar, kata “rizki” memuat berjuta makna, ada rizki ruhani, ada rizki ragawi. Wallahu a’lam.

Beliau kemudian melanjutkan kalamnya, “Kitabullah dan hadis-hadis Rasul SAW menyebutkan fadhilah-fadhilah istighfar berulang kali. Diantara fadhilahnya adalah melebur dosa-dosa, menetaskan jalan keluar dari pelbagai persoalan, dan menyingkirkan kegalauan serta kesumpekan dari dalam hati.”

Memang, kesumpekan dan deraan persoalan, lazimnya berpangkal dari perbuatan dosa. Oleh karena itu, seyogianya diobati dengan istighfar dan taubat yang tulus ikhlas.

Nabi SAW bersabda,

“Barangsiapa melazimi istighfar, maka untuknya, Allah memberikan kebahagiaan dari kemasyghulan, jalan keluar dari kesulitan-kesulitan, dan Ia akan melimpahkan rizki kepadanya dengan cara-cara yang tak pernah diperhitungkannya.”

Seolah hendak menegaskan, Habib Umar menyebutkan lagi fadhilah istighfar, “Khasiat istighfar adalah menghapus dosa-dosa, memendam aib-aib, memperderas rizki, mengalirkan keselamatan pada diri dan harta, mempermudah capaian cita-cita, menyuburkan berkah pada harta, dan mendekatkan diri pada-Nya.”

Logikanya, untuk menyucikan baju yang terciprat lumpur, kita bilas dengan sabun, bukan malah didekatkan pada asap-asap tungku. Pun demikian hati kita. Agar kian bersih dan molek, kita poles dengan istighfar, serta kita hindarkan dari lumuran-lumuran maksiat.

Dulu kala, seseorang mengadu kepada Imam Hasan Bashri mengenai kekeringan yang melanda negerinya. Sang Imam, dengan kearifannya, memberikan resep sederhana, “beristighfarlah!”. Lalu datang seorang lainnya. Kali ini ia mengeluhkan kefakiran yang terus menggelayutinya. Sang imam memperlakukannya sama dengan yang pertama. Ia memberikan resep istighfar kepadanya. Lalu datanglah orang ketiga. Yang terakhir ini menyambat nestapa bahtera rumah tangganya karena tak kunjung dianugerahi buah hati. Sikap sang imam masih seperti sebelumnya. Ia memberikan resep istighfar. Kepada ketiga-tiganya, Imam Hasan memberikan obat yang sama, yakni istighfar, untuk problematika yang beragam. Ia juga menjelaskan dalil-dalil al-qur’an dan hadisnya kepada mereka.

“Suatu waktu, kemarau panjang menerpa negeri muslimin. Amirul mukminin, Umar bin al-Khattab tak mau tinggal diam. Ia segera berinisiatif memohonkan hujan. Akan tetapi, bukannya salat istisqa’ yang dicanangkan Umar seperti pada galibnya. Kali ini, ia, seorang diri, hanya melafalkan kalimat-kalimat istighfar.”

“Istighfar Umar bukan sembarang istighfar. Tapi istighfar yang penuh ijabah. Tak lama kemudian, hujan deras menggerojok tanah muslimin. Seseorang yang keheranan langsung melempar tanya, “Bagaimana bisa Anda memohon hujan hanya dengan menggumamkan istighfar?”. Dengan enteng, Umar menukasi, “Aku memohon hujan dengan kunci-kunci langit.”

Jadi, alangkah layaknya bila kita mulai membudayakan taubat dan istighfar di tengah-tengah rutinitas kita. Mari kita basahi bibir-bibir kita dengan istighfar, dengan pengharapan, barangkali Allah SWT berkenan menyetarakan istighfar kolektif kita ini dengan sebiji istighfar Umar bin al-khattab. 


Astaghfirullah rabbal baraya, astaghfirullah minal khathaya

[madinatulilmi.com]

Menghitung Harga Nafas Kita


Bernafas, mungkin sudah dianggap biasa dan tak lagi menarik dibahas oleh sebagian orang. Pasalnya, sejak bangun tidur sampai terlelap, manusia tak lepas dari kegiatan mengambil udara di alam bebas ini. Namun, pernahkah Anda memperhatikan bagaimana nikmat Allah ini sebenarnya bernilai miliaran rupiah? Tak perlu menghitung kegiatan bernafas secara keseluruhan yang melibatkan berbagai organ tubuh, cukup kiranya menjumlah rupiah dari setiap udara yang dihirup.

Sekali bernafas, umumnya manusia memerlukan 0,5 liter udara. Bila perorang bernafas 20 kali setiap menitnya, berarti udara yang dibutuhkan sebanyak 10 liter. Dalam sehari, setiap orang memerlukan 14.400 liter udara.

Lalu, berapa nilai tersebut bila dirupiahkan? Sebagaimana diketahui, udara yang dihirup manusia terdiri dari beragam gas semisal oksigen dan nitrogen. Keduanya, berturut-turut 20% dan 79% mengisi udara yang ada di sekitar manusia. Bila perbandingan oksigen dan nitrogen dalam udara yang manusia hirup sama, maka setiap kali bernafas manusia membutuhkan oksigen sebanyak 100 ml dan 395 ml lainnya berupa nitrogen. Artinya, dalam sehari manusia menghirup 2880 liter oksigen dan 11.376 liter nitrogen.

Jika harga oksigen yang dijual saat ini adalah Rp 25.000 per liter dan biaya nitrogen per liternya Rp 9.950 (harga nitrogen $ 2.75 per 2,83 liter), maka setiap harinya manusia menghirup udara yang sekurang-kurangnya setara dengan Rp 176.652.165. Dengan kata lain, bila manusia diminta membayar sejumlah udara yang dihirup berarti setiap bulannya harus menyediakan uang sebesar 5,3 Miliar rupiah. Dalam setahun, manusia dapat menghabiskan dana 63,6 Miliar.

Itu hanya jumlah uang yang diperlukan dalam setahun. Bila dihitung seluruh kebutuhan seumur hidup, pastilah nilainya lebih mencengangkan lagi. Sungguh, Allah maha pemurah atas segala karunia-Nya. Tak terkecuali nikmat Allah dari udara yang digunakan manusia sebagai bahan bernafas setiap saatnya.

Udara yang melimpah ruah di alam adalah bukti kasih sayang Allah yang luar biasa. Sekumpulan gas tersebut diberikan Allah kepada manusia dengan cuma-cuma. Tak sepeser pun dipungut dari manusia atas nikmat yang amat penting tersebut. Oleh karenanya, sudah sepantasnyalah manusia bersyukur kepada Sang Pencipta. Dia-lah Rabb yang mengurus kita di siang dan di malam hari sebagaimana firman Allah,“katakanlah: ‘Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari selain (Allah) Yang Maha Pemurah?’…”(QS Al Anbiyaa’ 21: 42).

*)Syaefudin. Penulis adalah Asisten Dosen Metabolisme, Departemen Biokimia, FMIPA-Institut Pertanian Bogor.

Sawang Sinawang : Ilusi Kebahagiaan


Oleh Cahyadi Takariawan*

Suatu siang di Malioboro….. Seorang lelaki paruh baya, badannya kurus, kulitnya coklat kehitaman. Rambutnya tipis dan memutih, matanya cekung, tampak garis-garis di kening dan keriput di kulitnya, menandakan ia sarat dengan beban kehidupan. Duduk termenung di atas becak tua, tempat ia menggantungkan penghidupan keseharian di Malioboro, tengah Kota Jogjakarta. Kayuhan kaki yang rapuh, pada becak yang telah tigapuluh tahun menemani perjalanan hidupnya itulah yang akan memberikan sedikit harapan bagi keluarga.

Duduk menunggu dari pagi, berharap segera ada penumpang. Hingga menjelang siang, tak satupun penumpang datang. Seperti biasanya, iapun tetap tenang dan dengan sabar menunggu penumpang.

Dari kejauhan ia memandang sebuah mobil sedan berwarna hitam mengkilap. Tampak sangat mewah dalam pandangannya. Pastilah mobil itu milik seorang yang kaya raya, dengan segala kemewahan hidupnya. Ia membayangkan betapa enak menjadi orang kaya. Rumahnya luas dan indah, mobilnya mewah, isterinya cantik dan terawat, anak-anaknya berpakaian serba bagus. Ia melamunkan kondisi rumahnya sendiri yang reot, tak ada perabotan di dalamnya, isterinya kurus kering didera beban kehidupan, anak-anak berpakaian seadanya.

Matanya berkaca-kaca… Andai saja ia bisa membahagiakan keluarganya seperti pemilik mobil mewah itu…..

Pikirannya melayang-layang jauh ke langit, membawa dirinya pergi ke alam mimpi. Mengantuk, perlahan-lahan iapun tertidur pulas di atas becaknya.

Sang Pejabat yang Galau

Alkisah, di dalam mobil mewah berwarna hitam mengkilap itu, duduklah seorang lelaki berpakaian rapi. Mengenakan jas dan dasi, menandakan ia seorang pejabat. Ia duduk di bangku belakang sendirian. Di bangku depan, ada seorang sopir yang berpakaian rapi dan berperilaku sopan. Mobil tengah berjalan pelan di kepadatan lalu lintas Malioboro, tengah kota Jogjakarta.

Berhari-hari sang pejabat memikirkan sebuah proyek yang menjadi tanggung jawabnya. Ada terlalu banyak masalah dalam pelaksanaan proyek itu. Dana yang tidak sesuai anggaran, pelaksana proyek yang mengerjakan asal-asalan, belum lagi banyaknya setoran yang harus diberikan ke berbagai pihak. Salah-salah ia terancam penjara dan kehilangan jabatannya. Beberapa malam terakhir ia tidak bisa tidur nyenyak. Lelah, penat, dan tidak tenang pikiran dan hatinya.

Dari dalam mobil sang pejabat melihat deretan becak-becak di pinggir trotoar Malioboro. Matanya menatap seorang lelaki tengah baya, berkulit coklat kehitaman, berpakaian seadanya. Lelaki itu tampak tertidur pulas di atas becaknya, seperti tidak memiliki beban apa-apa.

Ia membayangkan, betapa damai hati tukang becak itu. Walaupun hidup di kampung dengan kondisi sederhana, namun bisa menikmati hidupnya. Mungkin isteri dan anak-anaknya hidup sangat sederhana, namun toh mereka bisa merasa bahagia dengan apa yang ada. Dibandingkan dengan kondisi dirinya yang memiliki berbagai fasilitas kemewahan, namun semua justru menimbulkan beban pikiran dan tekanan perasaan. Ia merasa tidak bisa menikmati kebebasan dan kebahagiaan.

Mata sang pejabat berkaca kaca…. Andai saja ia bisa merasakan ketenangan dan kedamaian perasaan seperti yang dialami tukang becak itu…. Betapa nyenyak tidurnya. Tubuh tukang becak yang kurus itu tampak tertekuk di atas jok becak, dan lihatlah betapa pulas tidurnya…. Betapa bahagia jika bisa tidur nyenyak seperti itu….

Sawang Sinawang : Ilusi Kebahagiaan

Begitulah kehidupan berjalan. Seseorang akan selalu melihat kondisi orang lainnya. Membandingkan, mengandaikan, membayangkan, mengkhayalkan….. “Andai saja aku bisa seperti dia, betapa bahagianya….” Orang Jawa menyebut, hidup itu “sawang sinawang”, saling melihat kepada yang lain.

Itulah sebabnya orang tidak bahagia. Karena ia mengharapkan sesuatu yang tidak nyata. Ia mengkhayalkan sesuatu yang bukan dirinya. Ia membayangkan posisi yang bukan haknya. Ia terus dikejar keinginan yang tidak pernah kesampaian. Ia mengejar kebahagiaan seperti yang ia lihat pada orang lain. Ia mencari kebahagiaan sebagaimana ia saksikan pada banyak kalangan manusia.

Itulah sebabnya orang tidak bahagia. Karena ia mencari dari orang lain. Ia tidak masuk ke dalam dirinya sendiri, dan menemukan kebahagiaan di dalam dirinya sendiri. Harusnya ia selalu menikmati semua yang ada. Merasakan kasih sayang Tuhan dalam setiap kejadian yang menimpanya. Menghayati kehidupan dari semua pemberian Tuhan yang didapatkan setiap hari. Sedikit atau banyak, itu tinggal cara kita menghitungnya.

Becak atau mobil mewah, itu hanya benda-benda, sama dengan benda lainnya. Orang bosan setiap hari naik mobil mewah, ia akan merasa bahagia suatu ketika naik becak di Jogjakarta. Orang bosan setiap hari naik becak, ia akan merasa bahagia naik mobil suatu ketika. Karena mobil mewah dan becak hanyalah benda-benda. Bukan di situ letak bahagia.

Jabatan, posisi, kedudukan itu hanyalah atribut kehidupan, sama dengan atribut lainnya. Orang mengira posisi di atas dirinya itu yang membahagiakan. Padahal posisi yang diinginkan itu hanyalah atribut kehidupan. Asesoris kehidupan, sama dengan asesoris yang lainnya. Bukan di situ letak bahagia.

Bahagia itu letaknya di dalam jiwa. Bukan pada benda-benda. Bukan pada atribut dan asesoris kehidupan. Maka carilah kebahagiaan dengan menyelam ke dalam jiwa kita sendiri. Bukan dengan mengkhayalkan hak orang lain yang tidak kita miliki. Jika anda terus mencari-cari kebahagiaan kepada benda-benda, selamanya anda tidak akan pernah bisa merasakan bahagia. Jika anda terus menerus mencari kebahagiaan kepada atribut-atribut, selamanya anda tidak akan pernah bisa merasakan bahagia.


*http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/20/ilusi-kebahagiaan-tukang-becak-dan-sang-pejabat/

10 Tips Sederhana untuk Hidup Bahagia






Ingin sehat.. Siyam!
Ingin wajah bersinar.. Qiyamullail
Ingin hati lapang.. Tilawah Al-Quran
Ingin bahagia.. Sholat di awal waktu
Ingin meredam nafsu.. Wudhu dan istighfar
Gelisah gundah bin galau.. Perbanyak doa dan olahraga
Hilangkan tekanan, ancaman... Perbanyak membaca.. لاحول ولاقوة الا بالله
Ingin hidup berkah berlimpah rahmat.. Pastikan rizki yg halal dan perbanyak sholawat Nabi
Ingin kekayaan harta.. Banyak-banyak sedekah
Ingin kebaikan tanpa lelah.. Bagikan pesan sederhana ini ke teman-teman

Endang Kebo, Preman Kampung Melayu yang jatuh hati dengan PKS


Endang Kebo, begitu beliau biasa dipanggil. Seorang tokoh preman yang menjadi backing tempat protistusi lawas di sebuah kawasan di Jakarta Timur. 
Pria 52 tahun ini sudah hampir satu bulan mengikuti taklim yang diselenggarakan oleh kader PKS DPRa Kampung Melayu. Sambil belajar iqro’ untuk bisa membaca Al Quran.
Awalnya beliau diajak oleh sahabatnya yang lebih dulu ikut taklim tersebut. Perlahan seiring beliau mengikuti taklim; hatinya semakin bersemi dengan hidayah. Semangat hadirnya pun makin kuat. Rajin mengulang bacaan iqronya di rumah atau bersama rekannya yang lain yang sudah bisa. Hingga suatu saat, dengan tertunduk dia bercerita tentang masa kelamnya dulu dan sekarang. Rasa inginnya untuk mengajak teman – temannya dari lembah gelap untuk duduk bersama dalam indahnya taman surga-Nya meraih rahmat, ampunan, dan keberkahan hidup.
Bahkan di saat yang lain; beliau menangis saat bercerita kepada teman taklimnya tentang keinginannya untuk melepaskan susuk yang dipasang di beberapa bagian tubuhnya. Subhanallah, kini beliau sudah ber-’azzam tuk bersama dalam kafilah dakwah ini dengan segala keterbatasannya.

Rabb, indah nian kuasa-Mu tuk merengkuh hamba-Mu yang terperosok dalam jurang gelap dunia.”


*http://www.pksjaktim.org/bersama-kader-dakwah-ia-meraih-hidayah-islam/

Selamat Jalan Isteriku, Engkau Layak Atas Karunia Syahid itu...

Minggu, 13 Januari 2013

17 tahun yang lalu, saat masih aktif menjadi penulis buletin dakwah, aku membaca nama pelanggan yang memesan buletin tersebut. Hj. Robiatul Adawiyah, pasti wanita yang sudah tua. Sudah naik haji dan namanya jadul sekali. 
“Akhi, seperti apa sih ibu Robiatul ini,” tanyaku kepada Pak Marjani yang bertugas mengantar buletin. ”Ndak tahu, nggak pernah ketemu, yang saya tahu dia pesan buletin itu untuk dikirim via bis ke Kotabangun”. 
Wah wanita yang mulia, mau menyisihkan uang untuk berdakwah kepada masyarakat di hulu sungai Mahakam. Tak lama kemudian setelah kita menikah, Buletin Ad Dakwah dari Yayasan Al Ishlah Samarinda diantar ke rumah. Ternyata wanita mulia tersebut adalah engkau istriku, bukan wanita tua seperti yang kukira. Melainkan mahasiswi yang aktif mengajar di Taman Al Quran.
Istriku, beruntung aku dapat memilikimu. Sudah beberapa pemuda kaya yang mencoba mendekatimu tetapi selalu kau tolak. Kelembutanmu dan kedudukanmu sebagai putri seorang ulama besar menjadi magnet bagi para pria yang ingin memiliki istri sholehah. Kamu beralasan belum ingin menikah karena mau konsentrasi kuliah. Padahal alasan utamanya adalah kamu masih ragu dengan kesholehan mereka. Ketika Ustadzah Purwinahyu merekomendasika­n diriku, tanpa banyak tanya kau langsung menerimaku. Hanya karena aku aktif ikut pengajian kau mau menerimaku, tanpa peduli berapa penghasilanku.
Istriku, semua orang mengakui bahwa kau wanita yang tangguh. Jarang seorang wanita bercita-cita memiliki delapan anak sepertimu. Melihatmu seperti melihat wanita Palestina yang berada di Indonesia. Jika bertemu dengan Ustadz Hadi Mulyadi, suami mba Erni ustadzahmu, pasti pertanyaan pertama kepadaku adalah, “ Berapa sekarang anakmu?”. Sering orang bertanya kepadaku, “ Gimana caranya ngurus anak sebanyak itu?” Mudah, rahasianya adalah menikahi wanita yang tangguh sepertimu.
Kehangatanmu membuat anak-anak kita merasa nyaman di dekatmu. Di saat kau lelah sepulang dari mengisi halaqoh atau ta’lim mereka segera menyambutmu dan melepaskan kekangenan mereka. Kadang lucu melihat mereka membuntuti kemana kamu pergi. Kamu ke dapur mereka bergerombol di sekitarmu, pindah ke ruang tamu, pindah pula mereka ke ruang tamu. Masuk ke kamar, berbondong-bond­ong mereka ke kamar. Sampai ada anak yang selalu memegang-megang­ bajumu dan kamu berkomentar,” Nih anak kayak prangko aja, nempeeel terus.” Jangan salahkan mereka, akupun memiliki perasaan yang sama dengan mereka.
Kadang jika cintaku meluap aku berkata padamu, ”Bener nih kamu ndak nyantet aku? Aku kok bisa tergila-gila begini sama kamu?” Kamu tersenyum dan berkata, "cinta Umi ke Abi lebih besar dari cinta Abi ke Umi, Abi aja yang ndak tahu.”

Rasulullah bersabda, "Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu dihadapan para Nabi nanti pada hari kiamat” (HR. Ahmad). Sungguh aku merasa telah mendapatkan segalanya dengan kau di sisiku.
Kepribadianmu yang mudah bergaul menjadikanmu disenangi oleh banyak orang. Kamal berkata, “Umi terkenal banget di sekolah. Aku, Mba Aisyah, Mas Nashih, Hamidah, Hilma ini terkenal di sekolah karena anak Umi. Guru-guru kenal kami karena kami anak umi.” Aku ingat perjuanganmu menggalang beberapa orang tua murid ke kantor diknas untuk meminta tambahan kelas agar anak kita yang terlalu muda bisa diterima sekolah. Akhirnya SDN 006 Balikpapan mendapat tambahan kelas dan anak kita bisa bersekolah di sana. Seharusnya aku yang melakukan hal itu, bukan kamu.
Aku terpesona dengan caramu menjalin silaturahim dengan keluarga besarmu. Ketika kita pindah ke Balikpapan, sering kakak-kakakmu menelpon menanyakan kapan liburan ke Samarinda. Mereka rindu kepadamu. Kakakmu KH. Fachrudin, seringkali menelpon, "Kita mau ngadain acara ini, kamu ke Samarinda kah?” Sya’rani, kakakmu yang sering bepergian ke Jawa, ketika mendarat di Balikpapan pun sering berkata, "Baru dari Jawa, mau ikut saya sekalian naik mobil ke Samarinda?” Keponakan-kepon­akanmu pun sering bertanya, “Acil Robiah kapan ke Samarinda?” Jika kita liburan ke Samarinda, maka kemeriahan meledak begitu mendengar suaramu mengucapkan salam. “Wah, Haji Robiah dari Balikpapan.”
Aku kagum dengan semangatmu melaksanakan amanah dakwahmu. Sering kerinduanmu kepada keluargamu tertahan karena ada amanah dakwah yang harus kamu kerjakan. ”Sebenarnya akhir pekan ini keluarga besar kumpul. Ada acara keluarga. Tapi ada halaqoh ini dan majelis talim ini jadi ndak bisa ke Samarinda.” Semoga Allah SWT memasukkanmu ke dalam barisan orang-orang yang berjuang menegakkan agama ini.

Kesibukanmu berdakwah memang menyita waktumu. Tapi aku ridho karena kau tetap komitmen untuk mengurus rumah tangga dengan baik. Aku ridho ketika PKS berdiri, kamu bergabung dan berdakwah bersama mereka. Kulihat kau begitu menikmati hidupmu yang mungkin bagi pandangan sebagian orang sangat melelahkan.
Kamu juga aktif mengisi kajian Siroh Shahabiyah di Radio IDC FM. Ketika engkau ingin berhenti karena hamil dan mengajukan ustadzah lain, mba Irna yang mengasuh acara menolak dan mengatakan sebaiknya cuti saja dan sementara akan diputar ulang rekaman yang terdahulu. Saya tahu mereka pun telah jatuh cinta kepadamu.
Saat Ustadz Cahyadi mengadakan pelatihan keluarga, beliau meminta para peserta menulis tentang pasangannya. Aku terkejut ternyata engkau mengenaliku dengan baik. Engkau tahu makanan yang kusukai dan kubenci, teman-teman yang kuanggap shahabatku, karakter-karakt­erku, dan teman-teman Halaqohku. Diam-diam engkau memperhatikanku­. Terimakasih telah memahami diriku.
Pernah kau mengatakan bahwa kau ingin naik haji bersamaku. Aku mengatakan bahwa kamu sudah naik haji sehingga tidak wajib lagi. Kalau aku punya uang aku akan mengajak anak kita naik haji bukan kamu. Kamu berkata, “Aku akan kumpulkan uang daganganku agar bisa naik haji bersamamu.” Kamu pernah bercerita bahwa saking nikmatnya berada di Kota Mekah, kamu pernah berusaha tukar kloter dengan orang lain agar bisa bertahan lebih lama di kota Mekah.
Istriku, aku suka dengan caramu berbakti kepadaku. Ketika ustadz Muhadi mengajakku mendirikan SDIT Nurul Fikri Balikpapan kau pun mendukungku. Padahal kau tahu bahwa ini akan kembali mengurangi jatah uang belanja untukmu. Bahkan kau berkata, "Aku akan alihkan infaq-infaq yang selama ini ke lembaga zakat ke Nurul Fikri.” Selama ini kau memang menyisihkan uang transport dari mengisi majelis-majelis­ ta’lim untuk menunjang dakwahmu.
Istriku, aku menikmati sentuhan bibirmu ke pundakku sambil memelukku di saat kita naik motor berdua. Mungkin itu caramu menunjukkan kesetiaanmu. Aku tersanjung dengan gayamu menunjukkan cemburumu. Aku merindukan caramu menegurku jika engkau melihatku lalai dalam urusan agama kita. Aku merasa bahagia saat kau memujiku. Aku merasa hebat ketika engkau bermanja kepadaku.
Aku salut dengan kecintaanmu terhadap ilmu. Setiap ada ta’lim yang mendatangkan ustadz yang berkualitas kau berkata, “Harus duluan nih biar dapat duduk di depan.” Sayang, karena begitu banyaknya anakmu terkadang kau terhambat untuk berada di depan. Pernah kau begitu sedih karena tidak dapat menghadiri ta’lim yang diisi DR. Samiun Jazuli. Terlintas di dalam pikiranku, kelak aku akan membiayaimu untuk melanjutkan kuliah S2 agar kau bahagia.
Kau juga begitu bersemangat mengikuti tatsqif (Kajian Tsaqofah Islam) yang diadakan oleh PKS. Ketika ada ujian tatsqif, kau berusaha mengerjakan soal-soal tanpa berusaha menyontek. Tiba-tiba kau mendengar peserta ujian yang lain di sebelahmu saling berbisik tentang jawaban soal yang engkau tidak bisa mengerjakannya.­ Kamu pun menulis jawaban tersebut. Sepulang ke rumah engkau begitu menyesal dan gelisah. Engkau merasa berbuat curang karena mengerjakan soal dari mendengar percakapan orang lain. “Gimana nih Mas, aku sudah nyontek?” tanyamu. Aku jawab sambil bercanda, "Telpon dosennya, minta dicoret jawabanmu yang dapat dari hasil mendengar itu”. Ternyata engkau benar-benar menelpon ustadz Fahrur agar jawaban atas soal tersebut dicoret saja. Itu yang sering kulihat darimu, begitu takut akan dosa-dosamu. Aku bangga padamu istriku.
Istriku, hal yang sering membuatku bergetar adalah di saat melihat engkau sholat. Begitu khusyuk dan menjaga adab. Tidak pernah aku melihatmu terburu-buru di dalam sholat. Aku menikmati melihat caramu menghadap Tuhanmu. Selelah apapun dirimu kamu selalu berusaha membaca Quran satu juz perhari. Engkau juga tidak ingin meninggalkan dzikir harianmu. Haru rasanya saat-saat melihatmu tertidur dengan Quran masih berada di tanganmu.
Sering aku berangan-angan aku akan membahagiakanmu­ kelak saat anak-anak sudah besar. Aku akan mengajakmu berjalan-jalan ke kota wisata. Aku akan membelikanmu perhiasan walaupun sekedarnya. Karaktermu yang tidak pernah meminta memang membuatku lalai memperhatikan kebutuhanmu. Bahkan motor pun tidak pernah kubelikan. Motor butut yang kau pakai adalah motor yang memang telah kau bawa dan kau miliki sejak masih gadis.
Aku yakin bahwa kebersihan hatimulah yang memancarkan aura persahabatan dari wajahmu. Banyak yang mengatakan kepadaku, ”Beliau adalah tempat saya menyampaikan curhat.” Terkadang kau terlambat pulang dari mengisi pengajian, ketika ku tanya kenapa terlambat, kau menjawab, “Kasihan ada yang pingin curhat, jadi dengerin dia dulu. Semoga Allah segera kasih dia jalan keluar.” Saya yakin mereka curhat kepadamu karena mereka merasakan kebaikanmu.
Kamu sering memujiku, “Suami yang pintar”. Kulihat, kamulah yang lebih pintar mengaplikasikan­ teori ke dalam praktek dunia nyata. Sebenarnya aku banyak belajar darimu. Kamu pintar sekali memulyakan orang lain. Kamu sering memberikan sesuatu kepada tetangga-tetang­ga kita. Terkadang aku malu karena yang kau berikan adalah hal-hal yang sederhana. “Malu ah ngasih ke tetangga segitu. Nggak level buat mereka.” Ternyata sikap perhatianmu kepada tetangga inilah yang membuat mereka mencintaimu.
Kamu mengatakan kepada pembantu kita, “Kumpulkan teman-teman yang lain, nanti saya yang membimbing bacaan Qurannya.” Dengan sabar kamu melatih mereka membaca Quran. Kau pun membelikan peralatan memasak sebagai hadiah kepada mereka yang lulus dan melanjutkan bacaan ke jilid berikutnya. Pernah kau melihat salah seorang diantara mereka sedang berlatih mandiri di rumahnya. Kau berkata, "Bahagianya aku Bi melihat mereka mau melatih bacaan secara mandiri.” Sampai terucap dari mulut pembantu kita, “Bu, saya ini mendapat hidayah dari tangan Ibu lho.”
Terkadang aku lupa untuk memberikan uang belanja, ketika kutanya engkau menjawab,”Aku pakai uang daganganku”. Kau­ kadang membelikanku baju sebagai hadiah ulang tahunku. Aku memang seorang yang berprinsip minimalis, terkadang jika ada barang yang menurutmu harus dibeli, aku mengatakan bahwa itu tidak perlu dibeli, kita da’i tidak usah terlalu mengejar kesempurnaan. Seperti biasa kau pun mengalah dan berkata, "Ya sudah pake uang aku aja.”
Ketika engkau mengalami pendarahan saat melahirkan anak kita yang ke delapan, engkau mengalami step. Sungguh hancur hatiku melihatmu menderita. Ketika dokter mengatakan butuh tiga kantung darah, aku segera keluar berlari menuju PMI tanpa sempat mengambil alas kaki. Aku sangat takut kehilangmu. Ketika diberitahu bahwa putra kita telah meninggal, aku sudah tidak peduli lagi, “Tolong selamatkan istri saya dok.” Setelah dioperasi kau sempat tersadar, aku tidak tega untuk mengatakan bahwa putra kita telah meninggal. Aku tidak ingin kau tahu bahwa kandungan yang sangat kau cintai dan sering kau elus-elus dengan penuh cinta telah mendahuluimu.
Dokter mengatakan bahwa kondisi sangat kritis, biasanya kondisi ini berakhir dengan kematian. Dengan kesedihan yang terus mengelayuti aku berkata, ”Umi tidak usah ngomong apa-apa, semua abi yang urus, Umi nyebut Allah saja.” Aku berharap seandainya Allah memanggilmu, maka ucapan terakhirmu adalah Allah. Walau tidak ada suara yang kudengar, kulihat mulutmu menyebut nama Allah dua kali. Saat itu aku bernazar, aku pun bertawashul dengan segala amalku agar Allah memberikan kesempatan agar engkau masih bisa bersamaku. Dan ternyata anak-anak kita bercerita bahwa saat itu di rumah mereka juga bernazar agar ibu mereka selamat.
Dengan sisa harapan yang tersisa di hatiku, aku berusaha membangkitkan semangatmu, ”Cep­at sembuh, anak-ana­k kita menunggumu di rumah.” Engkau mengangguk-angg­uk. Ternyata Allah SWT sangat mencintaimu. Allah SWT ingin memberimu karunia syahid. Kematianmu karena melahirkan putra kita menunjukkan bahwa Allah ingin memberikan yang terbaik untukmu. Sebagaimana Rasulullah mengatakan bahwa wanita yang mati karena melahirkan termasuk orang-orang yang mati syahid.
Seorang shahabatmu, Ustadzah Mahmudah, menelponku, "Mba Robi itu kalau saya perhatikan sangat khusyuk kalau memimpin doa atau mengaminkan doa. Kalau berdoa, saat kalimat wa amitha 'ala syahaadati fii sabiilik (matikanlah jiwa kami dalam syahid di jalan-Mu) sering saya lihat mba Robi meneteskan air mata. Ternyata kita memang tidak boleh meremehkan kekuatan doa.”
Pak Emil tetangga kita berkata, ”Saya tidak pernah berinteraksi dengan almarhumah. Hanya istri saya yang bergaul dengannya. Tapi kepergiannya membuat saya merasa kehilangan sampai dua hari”. Mungkin dia shock karena melihat istrinya terguncang.
Ustadzah Sujarwati berkata, "Saya mengisi pengajian dekat SMPN 10, mereka bercerita bahwa almarhumah ustadzah Robiah yang merintis majelis ta’lim ini. Mereka semua kemudian menangis karena teringat istri sampeyan.” Banyak yang terkejut dengan kepergianmu. Ada yang baru mendengar kematianmu, datang ke rumah untuk kemudian menangis karena kehilanganmu.
Hari kematianmu menjadi saksi atas kesholihanmu. Begitu banyak yang datang untuk memberikan penghormatan kepadamu. Ustadz Muslim mengatakan, "Sahabat-sahabat­nya dari pesantren Al Amin, Madura sudah siap-siap mau beli tiket untuk ke Balikpapan, tapi mendengar jenazah akan di bawa ke Samarinda mereka tidak jadi datang.” Beberapa ustadz datang dari Samarinda. Bahkan Ustadz Masykur Sarmian, Ketua DPW PKS Kaltim pun datang dari Samarinda dan menjadi imam yang mensholatimu. Aku pun melihat ustadz Cahyadi Takariawan, penulis buku dari Yogya, hadir di masjid itu. Mungkin Allah sengaja mengutus orang-orang sholih tersebut untuk mensholatimu dan menyempurnakan pahalamu. Motor-motor memenuhi jalan masuk ke komplek kita. Seseorang dengan heran mengatakan bahwa kemarin kepala kantor meninggal di komplek ini yang datang nggak sebanyak ini. Ini cuma ibu rumah tangga kok banyak banget yang datang.
Sesudah disholatkan di masjid Balikpapan, engkaupun dibawa ke Samarinda. Sampai di masjid Ar Raudhah, Aku melihat KH. Mushlihuddin, LC Koordinator Qiroati untuk Kalimantan hadir di sana. Kamu sering berkata bahwa kamu sudah menganggap beliau, guru mu membaca Quran, seperti ayah sendiri. Kecintaanmu kepada Quran membuat kamu mencintai beliau yang selalu komitmen berjuang menegakkan Al Quran di muka bumi. Sering kamu mengatakan bahwa kamu kangen dengan gurumu, ustadz Mushlih. Segera aku meminta beliau untuk menjadi imam sholat jenazah untukmu.
Kakakmu, Ibu Mursyidah berkata, ”Kepergiannya persis seperti ayahnya, KH. Abdul Wahab Syahrani. Disholatkan dari masjid ke masjid.” Sebelum meninggal beliau berwashiat untuk dikuburkan di Kotabangun. Karena washiat itu beliau disholatkan di tiga masjid di tiga kota oleh murid-murid beliau. Pertama disholatkan di Islamic Centre Samarinda, kemudian disambut oleh Bupati Kutai Kartanegara (Beliau adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia Kab. Kukar) dan disholatkan di masjid agung Tenggarong, kemudian disholatkan kembali oleh murid-murid beliau di masjid Kotabangun.
Dengan lelehan airmata aku ikut memandikanmu, mengangkatmu, memasukanmu ke liang lahat. Seseorang berkata, "Antum duduk saja biar yang lain saja.” Tidak, Aku tidak mau kehilangan kesempatan ini. Aku sudah kehilangan kesempatan membahagiakanmu­ di dunia. Aku sudah kehilangan kesempatan membalas dengan baik pelayananmu kepadaku. Biarlah hari ini aku melayanimu walaupun sekedar mengurus jasadmu.
Terimakasih istriku, selama hidupmu kau selalu berusaha tidak merepotkanku. Ketika aku ke bengkel untuk menambal ban, aku mengabarkan kematianmu dan memohon doa untukmu. Tukang tambal ban, mendoakannya dan berkata, "Istri sampeyan sering ke sini sendiri, menuntun sepeda motor untuk menambal ban, atau kadang ganti ban motor”. Sekuat tenaga ku tahan airmataku. Aku tahu sebenarnya itu adalah tugasku. Kubayangkan adakah wanita lain yang mau menuntun motor ke bengkel untuk menambal ban karena tidak ingin merepotkan suaminya.
Mungkin kamu saat ini telah tersenyum bahagia bercanda bersama Abdullah, putra kita. Mungkin kamu sudah bertemu dengan ayah ibumu yang sangat kamu cintai. Walaupun aku betul-betul kehilanganmu, aku tahu bahwa karunia syahid yang Allah SWT berikan kepadamu adalah yang terbaik untukmu.
Istriku, aku menulis ini untuk menumpahkan rindu yang bergejolak di hatiku. Aku juga berharap agar orang yang membacanya mau meringankan lidahnya untuk mendoakanmu. Aku berharap tulisan ini dapat membalas jasamu kepadaku. Sungguh betapa lambatnya hari-hari berlalu tanpamu. Ingin rasanya aku segera masuk ke surga agar dapat bertemu kembali denganmu. Selamat jalan Khadijahku.....



Balikpapan, hari ke sembilan belas tanpamu di sisiku

Yang bersyukur mendapatkanmu

Suamimu,
Abu Muhammad

Allah Berikan 'Hadiah'... Gludak....gluduk... kerompyang….


Beberapa waktu lalu datanglah utusan HAMAS ke Balikpapan, Syaikh Shiyam dan Syaikh Abdul Azis bersama para pegiat peduli Palestina dari Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) Jakarta. Mereka datang dalam rangka penggalangan dana untuk Palestina. Saat itu sedang terjadi perang Hijaratus sijjil di bumi Gaza.
Siang itu terik tak terperi.  Baling-baling kipas anginku sudah mematung lantaran dinamonya telah tamat riwayatnya. Mati mendadak beberapa hari silam terserang stroke hebat karena kebanyakan berputar sementara terjadi penyumbatan-penyumbatan debu pada celah kumparannya. Kipas angin itu tak ubahnnya hanya sebuah patung maniken yang tidak laku.
Aku dan isteriku duduk berhadapan sambil bercakap-cakap dalam suasana rumah panas karena bias matahari yang mengurung rumah kami.
Aku: “Mi… kau tahu kan betapa kalau mendengar Palestina bergetar rasa tubuhku ini. Mendidih darahku hendak pergi berperang melawan Israel terlaknat. Tapi tak mungkin pula aku kesana. Paling-paling nanti ngerepotin tentara HAMAS saja, mereka repot jagain aku karena tak paham medan. Besok ada penggalangan dana untuk Palestina oleh KNRP. Masih adakah uang kita?”
Isteriku: “Aih, tak ada uang lagi kita abi, kecuali buat makan 10 hari. Tahu kan ini bulan tua? Belum gajian”.
“Ah iya… kenapa pula bulan, kau  ini cepat kali tuanya? Ini KNRP juga tak pandailah cari momen. Masak menggalang dana bulan-bulan tua begini. Tak punya almanak kah mereka ini bah? Ah memang kantor aja yang tidak mau beda dikit. Coba gajian tiap hari aja, tak usah tunggu akhir bulan.” Menggerutu aku cari kambing hitam. Padahal memang begitulah saban bulan. Besar pasak daripada tiang.
Isteriku semakin cepat mengibas-ngibaskan potongan kardus aqua yang dibuatnya kipas angin manual. Keringatnya mulai kering. Akhirnya aku perintahkan ia untuk mengumpulkan semua uang yang tersisa untuk disumbangkan ke Palestina dalam penggalangan dana besok. Kecuali hanya sedikit untuk beli bensin kendaraan. Urusan makan nanti ajalah, Allah yang atur ujarku. Isteriku yang solehah itu mengangguk saja menurut. Singkat cerita esoknya ramailah manusia berdesakan menyaksikan konser amal Opik, Sulis dan Grup Nasyid Shoutul Harokah di hotel Novotel Balikpapan.
Setiap ada yang menyumbang atau membeli barang lelang amal dalam jumlah besar, hatiku merinding. Ada yang membeli sorban Opik lima juta. Ada yang menawar delapan juta. Airmataku bercucuran. Aku demi Allah iri terhadap mereka. Seolah mereka berlomba memboking kamar di Surga. Aku tersudut dalam jasad miskin nan papa ini melantunkan potongan ayat Al-qur’an yang menurutku sangat cocok dengan kondisiku: “...lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka infaqan” (QS: At-Taubah :92).
Ketika tiba waktu melelang syal rajutan keluarga Ismail Haniya dan ditandatangani oleh perdana menteri Hamas itu, suasana tegang. Dibuka harga dua puluh juta. Lalu naik perlahan-lahan dua puluh delapan juta, tiga puluh juta, enam puluh juta. Aku hampir pingsan tak berdaya. Kembali surah at-taubah ayat 92 mengiang-ngiang di telingaku. Akhirnya syal itu tutup harga tujuh puluh dua juta rupiah. Dibeli oleh sepasang pengantin muda yang tengah menanti kelahiran anak pertama mereka.
Lututku bergetar dan akhirnya jatuh terantuk ke atas lantai. Disusul jatuhnya airmataku setetes demi setetes. Allah… betapa beruntungnya orang kaya hari ini. Sungguh tak pernah aku iri kepada seorang kecuali hari ini. Aku hancur lebur dalam keharuan dan penyesalan. Dadaku berdegup kencang.
Belum selesai hatiku berdebam-debam dimumumkan pula kalau ada yang menyumbangkan rumahnya di Samarinda dan ada yang menyumbangkan mobilnya. Hampir saja aku pingsan. Kering kerontang tenggorokanku. Dehidrasi menahan dahaga iman yang bergejolak. Sungguh Allah hadirkan aku dalam suasana iman yang misterius ini dan menyaksikan iman orang berkelebatan menyambut seruan jihad maali. Aku hanya ternganga menatap langit-langit gedung. Hanya sanggup memancang niat, andai saja aku punya sekarung emas, akan ku-infaq-an hari ini untuk jihad Al-Aqsa.
Sudahlah tak sanggup lagi bercerita banyak mengisahkan hari indah itu. Aku dan isteriku beserta keempat anakku pulang kembali ke rumah.
Tiba di rumah aku kembali dalam suasana panas terik mengepung rumah. Aku dan isteriku duduk berhadapan. Di samping mayat kipas angin. Isteriku mengambil kembali potongan kardus untuk menjadi kipas angin manualnya.
Aku:  “Umi aku lapar, ayo makan yok!”
Aku sedikit berteriak kepada isteriku yang beranjak sebentar menghidupkan mesin cuci tua. Dari pagi pakaian itu disitu belum sempat dicuci.
Isteriku: “Hendak makan apa kita bi? Tak ada beras. Tak ada lagi uang.”
Aku: “Astaghfirullah. Iya ya? Wah bagaimana ini? Kasihan anak-anak belum makan semua lagi.”
Suasana hening. Aku menepuk jidatku sendiri dan menggenggam rambut berpikir keras cari akal untuk menghadirkan makanan. Aku butuh uang paling tidak lima puluh ribu rupiah untuk beli beras lima kiloan cap kura-kura. Supaya bisa hidup sepuluh hari dengan itu. Atau paling tidak seminggu sampai gajian.
Lama aku terdiam buntu pikiran dan tak karuan rasa. Anak-anak sudah bergelimpangan di lantai lemas lapar bercampur ngantuk.

Tiba-tiba ada suara gemuruh:  “gludak-gluduk kerompyang…. gludak-gluduk kerompyang…. gludak-gluduk kerompyang….”
Aku saling bertatapan dengan isteriku. Lalu kami sama-sama berlari menuju sumber suara. Ternyata berasal dari mesin cuci yang memutar cucian tidak balance sehingga inner bucket-nya menyentuh housing tidak karuan menghasilkan suara ribut (noise) yang ekstrim.
Isteriku membuka penutup mesin cuci. Demi melihatnya kedalam betapa terkejutnya kami berdua. Pakaian yang ada semua membentuk lingkaran menempel pada dinding inner bucket dan membuat pola huruf O. Ini wajar karena efek sentrifugal akan membuat pakaian itu terlempar ke radius terluar dinding itu. Namun yang membuat kami terkesima adalah di bagian tengah lingkaran pakaian itu tepat didasar bucket bercokol sebuah lembaran kertas kumal berwarna kebiru-biruan.
Subhanallah. Maha suci Allah yang mengirimkan selembar uang lima puluh ribu rupiah ke dalam mesin cuci kami. Secara spiritual tentu saja Malaikat lah yang telah diperintahkan Allah untuk mengirim uang itu ke dalam mesin cuci kami dan mendramatisirnya dengan senandung “gludak-gluduk kerompyang….”. Tapi secara ilmiah tentu saja ini adalah lembar uang yang terlupa di kantong celana dan ikut tercuci. Secara tidak sengaja keluar dari kantong karena efek sentrifugal putaran mesin cuci. Tapi entah kapan dan di kantong celana yang mana aku tak tahu.
Kami bersorak kegirangan. Aku tancap gas ke mini market membeli beras cap kura-kura lima kilo. Kami pun hidup bertahan sampai gajian. Meski hanya dengan lauk kerupuk dan kecap.


Balikpapan-Batuampar, 26 Shafar 1434H

*Ibnu Ismail, Kabid GMPro DPD PKS kota Balikpapan - Kaltim

  email: ibnu.ismail@yahoo.com

Aleg partai lain ada yang begini?


Yang kami tau, Ustadz S, anggota DPRD Kota Tangerang dari PKS beliau ‘punya’ dua mobil. Satu mobil pribadi dan satu mobil dinas. Beliau lebih sering menggunakan mobil pribadi untuk mobilisasi. Sedangkan mobil dinas beliau dedikasikan untuk dipinjam masyarakat, karena menurut beliau "itu mobil rakyat, biar dipake rakyat juga".
Beberapa hari yang lalu, Abu Fatih telpon sang Ustadz, minta izin pinjam mobil untuk menjemput putri kami di pesantren hari Rabu tanggal 8. Ustadz S mempersilahkan.
Maka, Rabu pagi, meluncurlah Abu Fatih ke rumah sang Ustadz untuk mengambil mobil. Sesampainya di rumah beliau, ternyata ga ada mobil. Mobil pribadi maupun mobil dinasnya ga ada. Kata Umi nya, "Ustadz ke kantor bawa mobil dinas. Pa Fadil ambil aja mobil dinas di kantor. Motor Pa Fadil taruh di sini, Pa Fadil ke kantor pake motor saya. Biar nanti Ustadz pulangnya pake motor".
Masalahnya....... kami tau bahwa putri beliau pun harus dijemput di pesantren, karena putri beliau satu kelas di pesantren dengan putri kami. Maka terlontar pertanyaan dari Abu fatih kepada Istri sang Ustadz "Lha, terus Hana (putri beliau) bagaimana?". Dengan santai istri sang Ustadz menjawab, "Hana nanti saya yang jemput pake motor."
Subhanalloh. Jadi, yang punya mobil njemput putrinya pake motor, karena mobilnya dipinjam oleh orang yang mau njemput putrinya juga, di pesantren yang sama???
“Itu kan mobil rakyat” benar-benar sudah melekat pada aleg dan keluarga aleg ini.

ALLOHU AKBAR!!





by Ratih Kartiningsih

*sumber: http://www.facebook.com/photo.php?fbid=290435904397186&set=a.137355103038601.29452.100002923374352&type=1&theater

"Semakin Terkuaknya Kasus LHI - AF & Keterlibatan Intelijen Israel" by @DangTuangku

Selasa, 26 Februari 2013 | 23.55


M4ngU5il
Ini info terbaru (20 februari 2013) kasus LHI. Fakta yg terungkap makin menjelaskan peta kasus:
  1. LHI memang pernah kenal Ahmad Fathanah. Sebelum ayah AF mati, ayahnya titipkan AF ke LHI. 
  2. AF manfaatkan kedekatannya dgn LHI menghubungi importir daging bahwa ia bisa bantu.
  3. Inilah alasan mafia gunakan jasa AF utk lobi mentan agar kuota impor dinaikkan.
  4. Selama setahun diincar KPK, LHI tahu dirinya diincar. Itu sebabnya ia berusaha menghindar AF.
  5. Cara menghindar dgn buang badan. Setiap diminta bantuan dgn langsung aja ke mentan.
  6. Tapi sial mentan rupanya tak mau dilobi. Ini terlihat dalam kultwit "analisa korupsi mentan".
  7. Mentan pernah didatangi indoguna dan AF agar kuota dinaikan. Tapi ditolak mentan.
  8. Disinilah jebakan untuk LHI dirancang. Indoguna antarkan uang utk LHI lewat AF.
  9. LHI sadar mau dijebab, selalu dlm telepon bilang ntar..ntar (mengulur2 atau menolak halus).
  10. Rekaman inilah yg dimiliki KPK. AF ajak bertemu tapi ditolak halus terus oleh LHI dgn kata sebentar2 tadi.
  11. KPK yg menunggu akhirnya sadar, LHI tak mungkin datang. Akhirnya tangkap AF karena dikejar tayang/sponsor.
  12. Siapa sponsornya, marilah kita analisis kebijakan menteri pertanian setahun terakhir.
  13. Mentan sejak dua tahun terakhir menekan impor lewat kuota.
  14. Enam bulan lalu diturunkan dari 40 persen ke 20 persen. Kuota 20 persen ini dipaksakan 6 bulan terakhir.
  15. Kebijakan Mentan ini merugikan AS dan Australia yg merupakan pengekspor terbesar sapi.
  16. AS dan Australian berupaya menekan pemerintah. Diantaranya melalui SBY agar mengganti Mentan.
  17. Bila anda ingat kisruh politik setahun ini, target lawan2 politik PKS selalu kursi mentan.
  18. Namun upaya itu gagal krn PKS enggan keluar koalisi walau berkali2 ditekan dgn berbagai cara.
  19. Puncaknya 8 bulan lalu, kerugian AS dan Australia sudah puluhan miliar dolar AS gara2 kebijakan Mentan.
  20. AS dan Australia lewat Mafia Impor WNI, mencari titik lemah mentan. Sebab, cara menggusur hanya dgn hukum.
  21. Disewa lah konsultan intelijen swasta berbentuk perusahaan milik Israel.
  22. Perusahaan intel swasta ini berkantor di Singapura. Kantor cabangnya ada di Thamrin.
  23. Kiprah perusahaan ini sebenarnya sempat muncul di http://t.co/jKKognyv. Banyak pasok data ke penegak hukum.
  24. Dari sana ketemulah perusahaan itu dgn mantan dirjen pertanian yg dipecat.
  25. Mantan dirjen yg dipiara mafia impor ini kemudian buat dokumen2 yg sebagian dimanipulasi.
  26. Melalui bantuan eks dirjen piaraan impor inilah kemudian sebundel dokumen korupsi mentan beredar.
  27. Dokumen itu dikirimkan ke sejumlah media massa dgn nama dan alamat pengirim palsu.
  28. Dokumen ini yg kemudian digunakan data oleh TEMPO dalam laporannya beberapa waktu lalu.
  29. Dokumen ini juga masuk ke KPK dan Kejagung. KPK yg ragu usut karena kuatir dianggap politis cari pintu masuk.
  30. Pintu masuk itu adalah operasi tangkap tangan. Ini sebabnya LHI diincar hampir setahun.
  31. Operasi tangkap tangan akan melumpuhkan pertahanan PKS bila membela mentan. Sekaligus untungkan lawan politik PKS.
  32. Cukup sekian dulu, nanti dilanjutkan. Informasi mungkin ada yg tak tepat, tapi subtansi pas. Informasi milik semua.


    Content from Twitter

Tips Membersihkan Rambut dari Permen Karet


Tidak perlu menggunting rambut, jika rambut terkena permen karet, karena ada cara mudah untuk menghilangkan permen karet tersebut, yaitu dengan menggunakan selai kacang. Berikut caranya:
  1. Oleskan selai kacang pada rambut yang terkena permen karet lalu gosok dengan sikat gigi. Gesekan antara permen karet dan kacang akan membuat permen karet rontok.
  2. unakan handuk kering untuk bersihkan selai kacang dari rambut (permen karet pun ikut terkikis). Lalu sisir rambut dengan sisir bergigi jarang.
  3. Cuci rambut dengan shampoo seperti biasa, utamakan rambut yang terkena permen karet.

Post Terpopuler

Arsip Blog

Total Tayangan Halaman

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. )|( PKS Bae Kudus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger