12/10/13 - )|( PKS Bae Kudus
Headlines News :

"Anak Cerdas Insan Mulia", Rumah Belajar PKS di Kawasan Padat Penduduk Pengadegan

Selasa, 10 Desember 2013 | 14.36







Rumah Belajar “Anak Cerdas Insan Mulia” terletak di sebuah daerah padat penduduk RW 05 kelurahan Pengadegan Pancoran  Jakarta Selatan. Program Rumah Belajar yang sudah berjalan selama satu tahun enam bulan in iterlihat masih aktif dan ramai sampai sekarang.

Rumah Belajar ini berlokasi di rumah salah satu kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang tinggal di daerah tersebut. Untuk menuju tempat lokasi, kita harus melewati beberapa gang sempit yang hanya bisa dilewati sepeda motor saja.

Pengajarnya dari para kader dari PKS yang memang mereka berprofesi sebagai guru di SMA atau SMP, koordinator rumah belajar "Anak Cerdas Insan Mulia" saat ini adalah Bintoro. Oleh karenanya masyarakat sekitar sering menyebutnya dengan nama "Rumah Belajar PKS".

Para pengajar memberikan modul khusus untuk anak-anak yang belajar di rumah belajar tersebut. Aktivitas belajar mengajar PKS ini dilaksanakan pada hari minggu, dari siang sampai sore hari.

Mereka yang bergabung dalam rumah belajar ini, berasal dari keluarga yang memang tidak mampu untuk ikut bergabung dengan bimbel-bimbel ternama karena masalah biaya.  Selain itu, ada juga yang karena alasan jarak rumah belajar PKS lebih dekat dibanding dengan bimbel di luar.

Ketua Dewan Pengurus Ranting (DPRa) PKS Pengadegan, Ainul Yaqin mengungkapkan rasa syukurnya karena dapat membantu anak-anak yang kurang mampu dalam mempersiapkan diri menempuh ujian nasional.

"Alhamdulillah, Rumah Belajar ini sudah berhasil membantu beberapa adik-adik  untuk lulus di Ujian Nasional maupun ujian semester. Para orang tua yang menitipkan anak-anaknya di Rumah Belajar PKS, Alhamdulillah merasa puas dan pesertanya pun kini terus bertambah," ungkapnya.

Di rumah belajar tersebut para peserta didik tidak perlu mengeluarkan kocek yang mahal, "program sosial Rumah Belajar  ini di desain dengan biaya sangat-sangat murah, hanya memberi infak sukarela sesuai kemampuannya," ungkap pungkas Ainul Yaqin.

Berikut foto kegiatan belajar-mengajar rumah belajar
“Anak Cerdas Insan Mulia”:


 

 

 

 

 


sumber:http://www.kabarpks.com

Tifatul : Jika XL-AXIS Tidak Merger Negara Dirugikan Rp 1 Triliun





Kalangan DPR akan meminta klarifikasi dari Menkominfo Tifatul Sembiring, terkait  merger antara PT XL Axiata dengan PT Axis Telekom Indonesia. Beberapa Anggota DPR menuding merger tersebut berpotensi menimbulkan kerugian negara.

Namun begitu, Menkominfo Tifatul Sembiring menegaskan negara bisa rugi Rp 1 triliun tahun ini bila XL dan Axis tak jadi merger tahun ini, karena Axis tak bisa membayar BHP frekuensi dan utang-utang lainnya yang harus ditanggung pemerintah senilai Rp 1 triliun.

"Mereka itu sebenarnya sudah bangkrut, dan XL mau membayarkan utang-utang Axis termasuk kepada negara sebesar Rp 1 triliun. Kalau misalnya karena bangkrut terus frekuensi Axis dilelang kembali, pemasukan baru datang tahun depan," jelas Tifatul.

Hasil dari merger sendiri, pemerintah mengambil sebesar 10 MHz frekuensi dari perusahaan gabungan XL-AXIS. Diproyeksikan, jika mengacu pada lelang blok ke-3 3G lalu, pemerintah akan meraup pendapatan tambahan sebesar Rp. 1,3 triliun. Jadi ruginya di mana?


sumber:http://www.majalahict.com

PKS Tetap Solid dan Terus Bekerja





Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menegaskan tidak akan terlalu mengurusi suara-suara nyinyir di luar partai. Mereka akan fokus pada konsolidasi internal dan membangun dukungan dari massa akar rumput.

''Ibarat main bola, kita tidak akan mendengar komentator ngomong apa. Kita akan fokus dan kerja keras hanya untuk menjebol gawang lawan,'' kata Ketua DPP PKS, Jazuli Juwaini, Selasa (10/12).

Dijelaskannya, sudah sejak lama pasca-kasus Lutfi Hasan Ishaq, kader PKS sudah terkonsolidasi dengan baik. Sehingga persoalan itu sudah tidak mengganggu PKS lagi. Bahkan PKS optimistis akan bisa meraih suara optimal di Pemilu 2014.



[ROL/YL/Islamedia]

Hidayat Dukung Langkah Banding LHI




Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) DPR RI mendukung langkah yang diambil Luthfi Hasan Ishaaq untuk banding atas keputusan Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) yang menjatuhkan vonis 16 tahun penjara dan denda Rp 1 Miliar. 

Hal tersebut diungkapkan Ketua FPKS Hidayat Nur Wahid di hadapan insan media usai Rapat Pleno Fraksi, Selasa (10/12) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

Hidayat mengungkapkan, ia dan seluruh anggota Fraksi, melihat pentingnya LHI dan Tim Penasehat Hukum mengajukan banding karena ada nuansa ketidakdilan yang tercium dari keputusan yang juga disertai dissenting opinion dari dua diantara lima hakim untuk tuntutan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). 


“Kita lihat Nazarudin terbukti korupsi Rp 33 Milyar kena 4 tahun, ada Robert Tantular yang terbukti merugikan negara lebih dari Rp 1 Triliun, dihukum 4 tahun juga. Terkait kasus SKK Migas, uang hasil tangkap tangan yang konon terbesar, yaitu Rp 12 Miliar dituntut 4 tahun pula,” ujar Hidayat mengungkapkan kejanggalan berbagai putusan pengadilan Tipikor.

Menurut Hidayat kaidah yang tidak adil terjadi di hadapan mata publik. Ia tidak berharap nanti ada pendapat, kalau mau hukuman ringan, maka korupsilah yang besar. Sementara itu, pembelaan Partai dan Fraksi dilakukan dengan cara yang sudah sebelumnya dilakukan yaitu dengan menyerahkan masalah hukum kepada Tim Penasehat Hukum.

Dalam kesempatan tersebut, Wakil Ketua FPKS DPR RI Fahri Hamzah, menyatakan ia curiga penyusunan dakwaan hingga vonis dilakukan oleh tim yang sama. Ia juga meyakinkan bahwa tidak ada perbedaan pendapat di antara pimpinan PKS. Ajakan agar pimpinan dan kader meminta maaf kepada masyarakat tidak terkait dengan materi persidangan. “PKS merasa perlu menyampaikan permintaan maaf karena telah terganggu dengan pemberitaan yang disangkut-pautkan dengan PKS,” pungkas Fahri.


sumber:http://www.kabarpks.com

Syamil, Bocah Pengigau Al-Qur'an itu Telah Tiada...





Sekitar pukul 14 Ahad (30/11/13), saya dan beberapa sahabat mengunjungi RS Al-Islam. Rencananya membesuk salah seorang siswa SDIT Insan Teladan yang dirawat di HCU. Karena bukan waktu besuk, security RS hanya memperbolehkan tamu 1 orang saja. Itupun atas izin Allah, tanpa sengaja saya dipertemukan dengan ayah dari murid SDIT Insan Teladan juga, yang adiknya dirawat di RS yang sama. 


Singkat cerita, saya pun naik ke lantai 3. Selepas mendoakan pasien anak tadi. Saya beberapa kali mengengok ruang HCU. Saya lihat Syamil itu tengah diopeni 2 wanita. Kemungkinan besar adalah ibu dan tantenya. Saya tak sempat masuk. Karena tak ada ayah dan juga tak ada pria di ruangan itu. Sempat menunggu beberapa saat. Saya kembali lagi. Kondisinya sudah rapih. Saya dengar sayup-sayup Syamil mengigau. Saya tahu apa yang ia igaukan. "Ya ... hafalan An-Naba. Lalu loncat ke An-Nazi'aat. Tak utuh memang. Tapi saya sempat merinding sembari berguman, "SubhanaLlah ...!" 


Karena tak ada ayahnya, saya pun turun. Mengajak kedua ustadz untuk kembali pulang. Allah menakdirkan lain. Pas di pintu keluar, ayahnya Syamil baru pulang dari kantin. Sembari menggendong anaknya yang ke-3, saya lihat aura optimisme di wajahnya. Kami turut mendoakan agar Syamil sembuh sedia kala. 

Namun, usai adzan Isya, telpon saya berdering. Ada firasat untuk mengangkat langsung, tanpa tahu siapa yang diujung telepon. Nomornya tak tercatat! Asing memang! Sambil loncat mengambil sarung siap-siap ke masjid dekat rumah, saya dikejutkan berita diujung telepon, "Ustadz. Syamil meninggal pas waktu adzan Isya tadi! Tolong diumumkan di masjid dan minta dipersiapkan pemakaman!" Saya termangu. "Siaap!" tegas saya. Tak lama lari ke masjid. Jamaah sudah iqomat. Usai shalat saya berdiri dan mengumumkan berita duka. 

Jenazah pun datang sekira jam 22.10 malam harinya. Usai dimakamkan, saya dan beberapa ustadz mendekati sang ayah. Saya berusaha menenangkan. Namun sambil menahan tangis, sang ayah berujar, "Ustadz ... sebelum wafat, tadi anak saya menanyakan sandal!"

Semua yang hadir tersenyum. Rasanya biasa. Namanya juga anak-anak. Namun sang ayah melanjutkan, "Ia menanyakan sandal yang suka digunakan berjamaah ke masjid!" 

Hati saya bergetar. Terasa air mata meleleh. Sang ayah menambahkan, "SYamil setiap mengigau, selalu melantunkan hapalan surat-surat juz 30! Saya gak kuaat pak ustadz!" 

Saya pun memeluknya. Air mata pun tak kuasa saya tahan. "Subhanallah!", ujar Ustaz Ja'far Al-Hafizh. "Semoga ini jadi 'ibroh untuk kita semua! Anak kecil, 7 tahun, kelas 1 SD saja mengigaunya hapalan Al-Qur'an! Mau wafatnya saja yang ditanyakan sandal yang suka dipake ke masjid! SubhanaLLah!", pungkas ustadz Ja'far. 

Ustadz Agus pun menimpali, "Ini adalah investasi terbaik antum! Allah lebih sayang pada Syamil! Tapi jangan putus asa. Allah pun akan menggantikan yang lebih baik! Aaamiiin"
**** 

SubhanaLlah! Syamil menjadi pesan bagi semua guru-guru di SDIT Insan Teladan, ibu kepala sekolah, ketua Yayasan, pembina Yayasan, juga orangtua dan keluarga besarnya, bahwa keikhlasan semua pihak dalam mendidik anak telah Allah buktikan! Tidak perlu oleh alumni, tapi oleh anak kelas 1 yang dahulu sempat "diteror" saat mendaftar ke SDIT Insan Teladan. 

Wahai civita akademika Insan Teladan. Ini adalah frestasi terbaik antum semua! Syamil telah mendahului kita! Tapi ia insya Allah berada di surga. Sementara kita? Dosa kita teramat banyak! Bisa jadi Allah panjangkan umur kita, supaya ada waktu untuk membersihkan diri! Allah pun sayang kepada kita, agar lebih giat lagi mendidik anak-anak SDIT Insan Teladan dengan penuh ketulusan! 

Syaamil! Kau ajarkan kami, tak perlu lama-lama hidup untuk menjadi anak berbakti! Selamat jalan! Namamu kami catat sebagai alumni pertama SDIT Insan Teladan! Innaa Lillaahi wa Inaa Ilaihi Raaji'uun ... 

Oleh: Nandang Burhanudin
sumber:http://www.islamedia.web.id

Post Terpopuler

Arsip Blog

Total Tayangan Halaman

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. )|( PKS Bae Kudus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger