07/31/13 - )|( PKS Bae Kudus
Headlines News :

Qaulan Sadiidaa untuk Anak Kita

Rabu, 31 Juli 2013 | 15.32



Remaja.
Pernah saya menelusur, adakah kata itu dalam peristilahan agama kita?
Ternyata jawabnya tidak. Kita selama ini menggunakan istilah ‘remaja’ untuk menandai suatu masa dalam perkembangan manusia. Di sana terjadi guncangan, pencarian jatidiri, dan peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Terhadap masa-masa itu, orang memberi permakluman atas berbagai perilaku sang remaja. Kata kita, “Wajar lah masih remaja!”

Jika tak berkait dengan taklif agama, mungkin permakluman itu tak jadi perkara. Masalahnya, bukankah ‘aqil dan baligh menandai batas sempurna antara seorang anak yang belum ditulis ‘amal dosanya dengan orang dewasa yang punya tanggungjawab terhadap perintah dan larangan, juga wajib, mubah, dan haram?

Batas itu tidak memberi waktu peralihan, apalagi berlama-lama dengan manisnya istilah remaja. Begitu penanda baligh muncul, maka dia bertanggungjawab penuh atas segala perbuatannya; ‘amal shalihnya berpahala, ‘amal salahnya berdosa.

Isma’il ‘alaihissalaam, adalah sebuah gambaran bagi kita tentang sosok generasi pelanjut yang berbakti, shalih, taat kepada Allah dan memenuhi tanggungjawab penuh sebagai seorang yang dewasa sejak balighnya. Masa remaja dalam artian terguncang, mencoba itu-ini mencari jati diri, dan masa peralihan yang perlu banyak permakluman tak pernah dialaminya. Ia teguh, kokoh, dan terbentuk karakternya sejak mula. Mengapa? Agaknya Allah telah bukakan rahasia itu dalam firmanNya:
"Dan hendaklah takut orang-orang yang meninggalkan teturunan di belakang mereka dalam keadaan lemah yang senantiasa mereka khawatiri. Maka dari itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengatakan perkataan yang lurus benar." (QSnAn Nisaa’ 9)
Ya. Salah satu pinta yang sering diulang Ibrahim dalam doa-doanya adalah mohon agar diberi lisan yang shidiq. Dan lisan shidiq itulah yang agaknya ia pergunakan juga untuk membesarkan putera-puteranya sehingga mereka menjadi anak-anak yang tangguh, kokoh jiwanya, mulia wataknya, dan mampu melakukan hal-hal besar bagi ummat dan agama.

Nah, mari sejenak kita renungkan tiap kata yang keluar dari lisan dan didengar oleh anak-anak kita. Sudahkah ia memenuhi syarat sebagai qaulan sadiidaa, kata-kata yang lurus benar, sebagaimana diamanatkan oleh ayat kesembilan Surat An Nisaa’? Ataukah selama ini dalam membesarkan mereka kita hanya berprinsip “asal tidak menangis”. Padahal baik agama, ilmu jiwa, juga ilmu perilaku menegaskan bahwa menangis itu penting.

Kali ini, izinkan saya secara acak memungut contoh misal pola asuh yang perlu kita tataulang redaksionalnya. Misalnya ketika anak tak mau ditinggal pergi ayah atau ibunya, padahal si orangtua harus menghadiri acara yang tidak memungkinkan untuk mengajak sang putera. Jika kitalah sang orangtua, apa yang kita lakukan untuk membuat rencana keberangkatan kita berhasil tanpa menyakiti dan mengecewakan buah hati kita?

Saya melihat, kebanyakan kita terjebak prinsip “asal tidak menangis” tadi dalam hal ini. Kita menyangka tidak menangis berarti buah hati kita “tidak apa-apa”, “tidak keberatan”, dan “nanti juga lupa.” Betulkah demikian? Agar anak tak menangis saat ditinggal pergi, biasanya anak diselimur, dilenabuaikan oleh pembantu, nenek, atau bibinya dengan diajak melihat –umpamanya- ayam, “Yuk, kita lihat ayam yuk.. Tu ayamnya lagi mau makan tu!” Ya, anak pun tertarik, ikut menonton sang ayam. Lalu diam-diam kita pergi meninggalkannya.

Si kecil memang tidak menangis. Dia diam dan seolah suka-suka saja. Tapi di dalam jiwanya, ia telah menyimpan sebuah pelajaran, “Ooh.. Aku ditipu. Dikhianati. Aku ingin ikut Ibu tapi malah disuruh lihat ayam, agar bisa ditinggal pergi diam-diam. Kalau begitu, menipu dan mengkhianati itu tidak apa-apa. Nanti kalau sudah besar aku yang akan melakukannya!”

Betapa, meskipun dia menangis, alangkah lebih baiknya kita berpamitan baik-baik padanya. Kita bisa mencium keningnya penuh kasih, mendoakan keberkahan di telinganya, dan berjanji akan segera pulang setelah urusan selesai insyaallah. Meski menangis, anak kita akan belajar bahwa kita pamit baik-baik, mendoakannya, tetap menyayanginya, dan akan segera pulang untuknya. Meski menangis, dia telah mendengar qaulan sadiida, dan kelak semoga ini menjadi pilar kekokohan akhlaqnya.

Di waktu lain, anak yang kita sayangi ini terjatuh. Apa yang kita katakan padanya saat jatuhnya? Ada beberapa alternatif. Kita bisa saja mengatakan, “Tuh kan, sudah dibilangin jangan lari-lari! Jatuh bener kan?!” Apa manfaatnya? Membuat kita sebagai orangtua merasa tercuci tangan dari salah dan alpa. Lalu sang anak akan tumbuh sebagai pribadi yang selalu menyalahkan dirinya sepanjang hidupnya.

Atau bisa saja kita katakan, “Aduh, batunya nakal yah! Iih, batunya jahat deh, bikin adek jatuh ya Sayang?” Dan bisa saja anak kita kelak tumbuh sebagai orang yang pandai menyusun alasan kegagalan dengan mempersalahkan pihak lain. Di kelas sepuluh SMA, saat kita tanya, “Mengapa nilai Matematikamu cuma 6 Mas?” Dia tangkas menjawab, “Habis gurunya killer sih Ma. Lagian, kalau ngajar nggak jelas gitu.”

Atau bisa saja kita katakan, “Sini Sayang! Nggak apa-apa! Nggak sakit kok! Duh, anak Mama nggak usah nangis! Nggak apa-apa! Tu, cuma kayak gitu, nggak sakit kan?” Sebenarnya maksudnya mungkin bagus: agar anak jadi tangguh, tidak cengeng. Tapi sadarkah bahwa bisa saja anak kita sebenarnya merasakan sakit yang luar biasa? Dan kata-kata kita, telah membuatnya mengambil pelajaran; jika melihat penderitaan, katakan saja “Ah, cuma kayak gitu! Belum seberapa! Nggak apa-apa!” Celakanya, bagaimana jika kalimat ini kelak dia arahkan pada kita, orangtunya, di saat umur kita sudah uzur dan kita sakit-sakitan? “Nggak apa-apa Bu, cuma kayak gitu. Jangan nangis ah, sudah tua, malu kan?” Akankah kita ‘kutuk’ dia sebagai anak durhaka, padahal dia hanya meneladani kita yang dulu mendurhakainya saat kecil?

Ah.. Qaulan sadiida. Ternyata tak mudah. Seperti saat kita mengatakan untuk menyemangati anak-anak kita, “Anak shalih masuk surga.. Anak nakal masuk neraka..” Betulkah? Ada dalilnya kah? Padahal semua anak jika tertakdir meninggal pasti akan menjadi penghuni surga. Juga kata-kata kita saat tak menyukai keusilan –baca; kreativitas-nya semisal bermain dengan gelas dan piring yang mudah pecah. Kita kadang mengucapkan, “Hayo.. Allah nggak suka lho Nak! Allah nggak suka!”

Sejujurnya, siapa yang tak menyukainya? Allah kah? Atau kita, karena diri ini tak ingin repot saja. Alangkah lancang kita mengatasnamakan Allah! Dan alangkah lancang kita mengenalkan pada anak kita satu sifat yang tak sepantasnya untuk Allah yakni, “Yang Maha Tidak Suka!” Karena dengan kalimat kita itu, dia merasa, Allah ini kok sedikit-sedikit tidak suka, ini nggak boleh, itu nggak benar.

Alangkah agungnya qaulan sadiida. Dengan qaulan sadiida, sedikit perbedaan bisa membuat segalanya jauh lebih cerah. Inilah kisah tentang dua anak penyuka minum susu. Anak yang satu, sering dibangunkan dari tidur malas-malasannya oleh sang ibu dengan kalimat, “Nak, cepat bangun! Nanti kalau bangun Ibu bikinkan susu deh!” Saat si anak bangun dan mengucek matanya, dia berteriak, “Mana susunya!” Dari kejauhan terdengar adukan sendok pada gelas. “Iya. Sabar sebentaar!” Dan sang ibupun tergopoh-gopoh membawakan segelas susu untuk si anak yang cemberut berat.
Sementara ibu dari anak yang satunya lagi mengambil urutan kerja berbeda. Sang ibu mengatakan begini, “Nak, bangun Nak. Di meja belajar sudah Ibu siapkan susu untukmu!” Si anakpun bangun, tersenyum, dan mengucap terimakasih pada sang ibu.

Ibu pertama dan kedua sama capeknya; sama-sama harus membuat susu, sama-sama harus berjuang membangunkan sang putera. Tapi anak yang awal tumbuh sebagai si suka pamrih yang digerakkan dengan janji, dan takkan tergerak oleh hal yang jika dihitung-hitung tak bermanfaat nyata baginya. Anak kedua tumbuh menjadi sosok ikhlas penuh etos. Dia belajar pada ibunya yang tulus; tak suka berjanji, tapi selalu sudah menyediakan segelas susu ketika membangunkannya.

Ya Allah, kami tahu, rumahtangga Islami adalah langkah kedua dan pilar utama dari da’wah yang kami citakan untuk mengubah wajah bumi. Ya Allah maka jangan Kau biarkan kami tertipu oleh kekerdilan jiwa kami, hingga menganggap kecil urusan ini. Ya Allah maka bukakanlah kemudahan bagi kami untuk menata da’wah ini dari pribadi kami, keluarga kami, masyarakat kami, negeri kami, hingga kami menjadi guru semesta sejati.

Ya Allah, karuniakan pada kami lisan yang shidiq, seperti lisan Ibrahim. Karuniakan pada kami anak-anak shalih yang kokoh imannya dan mulia akhlaqnya, seperti Isma’il. Meski kami jauh dari mereka, tapi izinkan kami belajar untuk mengucapkan qaulan sadiida, huruf demi huruf, kata demi kata.. Aamiin..

sepenuh cinta,

Salim A. Fillah, twitter @salimfillah

sumber:http://www.hidayatullah.com/read/2013/07/16/5511/qaulan-sadiidaa-untuk-anak-kita.html

Saksi: Saya dan LHI Tak Pernah Bahas Uang dan Kuota Impor Sapi

 



Direktur Utama PT Indoguna Utama Maria Elizabeth Liman mengaku tak pernah membahas uang atau penambahan kuota impor daging sapi dengan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq (LHI). Elizabeth mengaku hanya membicarakan mengenai peredaran daging tikus di masyarakat.

Hal tersebut disampaikan Elizabet usai menjawab pertanyaan Luthfi Hasan di dalam persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Senin (29/7/2013).

"Apakah saya pernah meminta uang, bicara uang, atau penambahan kuota kepada ibu?" tanya Luthfi Hasan di persidangan.

"Bukankah Ibu yang mengatakan peredaran daging celeng dan tikus adalah tanggung jawab saya sebagai partai Islam?" lanjut Luthfi.

Menanggapi pertanyaan LHI, Maria yang juga sudah ditetapkan sebagai tersangka pada kasus ini pun tak bisa membantahnya. "Iya. Memang kami tidak pernah membahas soal itu (uang dan penambahan kuota impor)," kata Elizabeth.

"Yang kami bicarakan, bagaimana membantu Kementerian Pertanian agar kebijakannya terjangkau masyarakat," jawab Maria.

Dengan demikian, Luthfi Hasan pun menjelaskan, jika dirinya meminta uang dari PT Indoguna justru membuat harga daging di pasaran semakin meningkat.

"Kalau saya minta uang, itu menaikkan harga daging atau menurunkan harga daging? Ini soal kebijakan nasional yang membuat harga daging mahal," kata dia.

Luthfi Hasan didakwa menerima Rp 1,3 miliar dari PT Indoguna. Uang diterima Luthfi Hasan dari koleganya, Ahmad Fathanah. Selain kasus suap, Luthfi Hasan juga didakwa atas kasus tindak pidana pencucian uang. (Ary/Ism)

sumber:http://m.liputan6.com/read/652432/saksi-saya-dan-lhi-tak-pernah-bahas-uang-dan-kuota-impor-sapi

Kondisi Terkini Mursi di Tahanan



Majalah Jerman Deir Spiegel mengungkap sejumlah kondisi dan aktivitas Presiden Mesir Mohamed Morsi yang diisolasi selama tiga minggu terakhir paska kudeta militer.
 
Dalam keterangan yang diperoleh Dier Spiegel dari sejumlah sumber militer Mesir, disebutkan Morsi mengalami interogasi intensif setiap hari oleh intelijen militer Mesir, selama proses tahanan atau isolasi.

Berdasarkan informasi dari sumber-sumber militer Mesir yang menurut mereka diambil dari jendela kamar interogasi,  Morsi yang kini usianya 61 tahun mendapat interogasi berupa pertanyaan setiap hari dalam beberapa jam. Terkadang masa interogasi itu berlangsung hingga lima jam tanpa berhenti.

Disebutkan juga bagaimana para penyidik beberapa kali memberi tekanan kepada Morsi dengan menyodorkan rekaman suara telepon hasil penyadapan intelejen selama hari-hari ia menjabat sebagai Presiden Mesir. Selain itu, dalam penyidikan juga disodorkan beberapa  dokumen untuk menekan Morsi.

Majalah Deir Spiegel menuliskan ” Morsi, beralih dari sikap diam di awal awal penyidikan dan menjawab dengan hati-hati pertanyaan yang ditujukan kepadanya, terkadang merespons pertanyaan dengan marah kepada penyidik dan menyatakan merasa aneh dengan sadapan komunikasi telepon dan sejumlah dokumen yang disodorkan. Di sisi lain, para penyidik memiliki video yang mendokumentasikan segala sesuatu yang dilakukan sejak hari  pertama kepresidenannya sampai hari tergulingnya Morsi dalam kudeta militer. ”

Majalah itu melaporkan, sehari-hari Morsi menghabiskan waktu dalam shalat, membaca al-Qur’an dan berdoa kepada Allah.  Masih menurut Deir Spiegel, Pemerintah baru hasil kudeta militer di Kairo tampaknya sangat ingin menuntut presiden Mesir terisolasi untuk mengungkap informasi terkait sejumlah Negara dan kelompok-kelompok Islam.

Di sana dikutip ucapan seorang tokoh militer yang mengatakan, “Jika kita memiliki kita bisa mengadili Mubarak sebagai bagian dari kita, mengapa kita tidak melakukan hal yang sama atas Morsi”

Deir Spiegel menyebutkan, pertanyaan penyidik ​​kepada Morsi tidak terbatas pada hubungan dengan Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), tapi pertanyaan termasuk pertanyaan tentang perjalanan ke luar negeri dan hubungan kalangan Islamis di luar negeri. [tajuk/LNA]

sumber:http://www.islamedia.web.id/2013/07/inilah-kondisi-presiden-mursi-di.html?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter

Insya Allah Umat Muslim Kompak Rayakan Idul Fitri

 


Pemerintah akan melaksanakan sidang itsbat penentuan 1 Syawal 1434 Hijriyah pada 7 Agustus 2013.

Pada saat itu posisi hilal di atas dua derajat, dan berdasarkan pengalaman  maka hilal dimungkinkan  bisa disaksikan.

Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam laman Kementerian Agama di Jakarta, Rabu, berharap hari raya Idul Fitri tahun ini akan dirayakan secara bersama oleh semua umat Muslim di Tanah Air.

"Sidang itsbat akan dilaksanakan 7 Agustus, semua ormas Islam kita undang," kata Wamenag kepada wartawan pada acara buka puasa bersama di kediamannya, Jalan Ampera I No. 10, Jakarta Selatan, Selasa sore.

Hadir Duta Besar Arab Saudi Mustafa bin Ibrahim Al Mubarak, para pejabat eselon I, II, dan III Kementerian Agama, serta beberapa direktur BUMN.

Wamenag mengatakan, jika didasarkan pada perhitungan hisab, pada hari pelaksanaan rukyatul hilal atau hari Rabu senja tanggal 7 Agustus 2013, posisi hilal berada di atas dua derajat.

Sesuai pengalaman tahun-tahun yang lalu, apabila hilal di atas dua derajat, maka hilal atau bulan baru dimungkinkan akan bisa disaksikan atau imkanur rukyat.

"Kecuali jika pada hari itu seluruh lokasi pemantauan hilal di Tanah Air terhalang mendung," ujarnya.

Namun Wamenag berharap, hari raya Idul Fitri tahun ini akan dirayakan bersama-sama oleh seluruh masyarakat muslim Indonesia. “Kita berharap lebaran bareng, sehingga lebih menguatkan ukhuwah Islamiyah," ujarnya.

Dirjen Bimas Islam Abdul Djamil menambahkan, pada sidang itsbat penentuan awal syawal nanti terlebih dahulu dilaksanakan sebuah seminar membahas tentang masalah hisab-rukyat.

"Jika sebelumnya kegiatan sidang dilaksanakan sore hari, itsbat nanti akan dimulai dari siang hari, sekitar pukul 13.30 dengan sebuah seminar membahas permasalahan hisab rukyat, termasuk juga mengenai penetapan yang dilakukan oleh kelompok An Nazir dan Naqshabandi," kata Djamil.(ant)

sumber:http://www.islamedia.web.id/2013/07/insya-allah-umat-muslim-kompak-rayakan.html

Investigasi Kasus FPI Kendal: Pelacuran Dibeking Ronggolawe, Umat Islam Harus Berani Melawan







MASYARAKAT Sukorejo adalah masyarakat religius. Tidak ada masyarakat yang menyetujui berlangsungnya praktek maksiat, kecuali memang itu masyarakat maksiat. Demikian dikatakan Tokoh Masyarakat Sukorejo sekaligus Pengasuh Pesantren Salamatun Qolbi, Ibnu Shodiq.

Dia menambahkan sebenarnya masyarakat sudah siap untuk menutup tempat-tempat pelacuran di Sukorejo. Namun mereka takut bergerak karena adanya beking dari preman ronggolawe. Selain menjadi beking hiburan malam, Ronggolawe juga terlibat dalam sindikat judi togel.

“Pemipin preman Ronggolawe ini orang kafir namanya Erik,” katanya saat ditemui Islampos.com di Sukorejo, Jum’at.

Keberadaan Ronggolawe sebenarnya bisa dieliminir jika petugas keamanan dapat bertindak tegas. Aktivita Ronggolawe sudah sangat meresahkan warga dengan turut melakukan aksi pencurian motor warga.

Untuk melindungi Sukorejo dari segala aksi kejahatan Ronggolawe, dosen Universitas Negeri Semarang ini  meminta kelompok Islam bersatu untuk melawan arogansi Ronggolawe.

“Saya pernah di-TO (Target Operation) sama mereka. Tapi saya tidak takut, Saya balik samperin mereka. Tapi malah mereka yang  takut,” katanya seraya tertawa lebar.

Selain kompleks pelacuran Alaska, tempat hiburan malam yang turut meresahkan warga adalah tempat karaoke di Terminal Sukorejo. Meski dibungkus atas nama karaoke, namun praktik syahwat berlangsung di dalamnya.

“Saya sudah lima sampai enam kali berusaha membubarkan, tapi meski bubar nanti buka kembali,” katanya. “Pernah saya ancam akan saya bakar jika sampai Maghrib tidak tutup, akhirnya mereka tutup juga,” tandasnya.

sumber:http://islampos.com/pelacuran-dibeking-ronggolawe-umat-islam-harus-berani-melawan-71834/?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter [Pz/Islampos]

Banyak Pembicara, Tapi Sedikit Ulama

 



Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Merenungi hadits Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam:

إِنَّكُمْ أَصْبَحْتُمْ فِي زَمَانٍ كَثِيْرٍ فُقَهَاؤُهُ، قَلِيْلٍ خُطَبَاؤُهُ، قَلِيْلٍ سُؤَّالُهُ، كَثِيْرٍ مُعْطُوهُ، الْعَمَلُ فِيْهِ خَيْرٌ مِنَ الْعِلْمِ. وَسَيَأْتِي زَمَانٌ قَلِيْلٌ فُقَهَاؤُهُ، كَثِيْرٌ خُطَبَاؤُهُ، كَثِيْرٌ سُؤَّالُهُ، قَلِيْلٌ مُعْطُوهُ،الْعِلْمُ فِيْهِ خَيْرٌمِنَ الْعَمَلِ

“Sesungguhnya kalian hidup di zaman yang fuqahanya (ulama) banyak dan penceramahnya sedikit, sedikit yang minta-minta dan banyak yang memberi, beramal pada waktu itu lebih baik dari berilmu. Dan akan datang suatu zaman yang ulamanya sedikit dan penceramahnya banyak, peminta-minta banyak dan yang memberi sedikit, berilmu pada waktu itu lebih baik dari beramal.” (HR. Ath-Thabrani).

Hadits ini cukuplah untuk menunjukkan kepada kita bahwa penceramah agama belum tentu dan bahkan boleh jadi amat sangat jauh dari kualifikasi seorang faqih. Seseorang dapat berceramah secara memukau, meski ia sama sekali tak memiliki kualifikasi sebagai ulama. Dan di akhir zaman, akan semakin banyak yang demikian itu. Disebut ustadz, tetapi sesungguhnya ia hanya patut digelari sebagai penceramah.

Dan aku dapati, diriku bukan termasuk orang yang telah memiliki kepatutan sebagai 'alim. Ingin rasanya menjadi seorang yang memiliki kedalaman ilmu dien, tapi rasanya baru berkelayakan menjadi penyampai saja.

Memudah-mudahkan menyebut seseorang sebagai ustadz, padahal tak ada kepatutan sedikit pun meski amat pandai bicara, mengingatkanku pada sebuah hadits. Inilah masa ketika pembicaraan dibuka sehingga setiap orang dapat berbicara tentang apa saja, bahkan mengenai perkara yang ia tak memiliki ilmunya sedikit pun.

Mari kita renungi hadits ini:

مِنْ اقْتِرَابِ السَّاعَةِ أَنْ تُرْفَعَ الأَشْرَارُ وَ تُوْضَعَ الأَخْيَارُ وَ يُفْتَحَ الْقَوْلُ وَ يُخْزَنَ الْعَمَلُ وَ يُقْرَأُ بِالْقَوْمِ الْمَثْنَاةُ لَيْسَ فِيْهِمْ أَحَدٌ يُنْكِرُهَا قِيْلَ : وَ مَا الْمَثْنَاةُ ؟ قَالَ : مَا اكْتُتِبَتْ سِوَى كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ

“Di antara (tanda) dekatnya hari kiamat adalah dimuliakannya orang-orang yang buruk, dihinakannya orang-orang yang terpilih (shalih), dibuka perkataan dan dikunci amal, dan dibacakan Al-Matsnah di suatu kaum. Tidak ada pada mereka yang berani mengingkari (kesalahannya)”. Dikatakan: “Apakah Al-Matsnah itu ? beliau menjawab: “Semua yang dijadikan panduan selain kitabullah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Al-Hakim).

Sebagian di antara makna al-matsnah adalah perkataan-perkataan atau literatur yang tidak memiliki dasar dalam agama, atau sesuatu yang seakan berasal dari agama, tetapi lebih merupakan perkataan-perkataan orang dalam satu kelompok, tetapi perkataan itu ditempatkan lebih tinggi daripada nash agama. Wallahu a'lam bish-shawab.
Adakah ini terjadi?

sumber:http://www.hidayatullah.com/read/2013/07/24/5641/berlomba-jadi-pembicara-tapi-ulama-makin-sedikit.html

Post Terpopuler

Arsip Blog

Total Tayangan Halaman

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. )|( PKS Bae Kudus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger