Ah, terpancing juga akhirnya saya untuk menulis kembali di Kompasiana hari ini. Padahal niatnya malam ini hendak menyelesaikan editan jurnal di Pakistan, malah jadinya menulis Kompasiana lagi. Soal PKS lagi!
Ya, ini gara-gara tanpa sengaja saya membuka situs berita di media online: http://news.detik.com/read/2013/06/05/210820/2266181/10/kunjungan-anis-matta-ke-pesantren-di-pasuruan-ditolak-para-santri?991104topnews.
Pada situs tersebut diceritakan bahwa kunjungan
Presiden PKS Anis Matta ke Pasuruan diwarnai aksi protes. Sejumlah
santri Pondok Pesantren (Ponpes) Kramat (Bani Thoyyib) membentangkan dua
buah papan bertuliskan penolakan pada PKS. Anis Matta datang ke Ponpes
Kramat sekitar pukul 15.00 WIB Rabu (5/6/2013) untuk bersilaturahmi
dengan ulama, kader dan simpatisan.
Ketika acara sedang berlangsung, terdapat sejumlah santri membentangkan dua papan bertuliskan penolakan pihak pesantren pada PKS. Sebuah papan bertuliskan “Pondok Kramat Anti PKS” sementara di papan yang lain terterah “Pondok Kramat Tidak Ikut Partai PKS!!!” Para santri melakukan aksinya di gerbang masuk Ponpes. Aksi tersebut menyulut perhatian banyak orang. Tak ada klarifikasi dari pihak pesantren terkait aksi tersebut. Para santri tidak tampak ikut dalam acara, meski menjadi tuan rumah acara.
“Ini perintah dari keluarga pondok. Selagi baik kita mau,” kata Anam, salah seorang santri yang ikut dalam aksi protes tersebut.
Hmmmmm…
Yang saya bingung, terdapat sejumlah kawan yang
ikut mengawal safari politik Ustadz Anis Matta selama di Jawa Timur
justru bertutur berbeda. Selama Ustadz Anis di Jawa Timur, mereka
mengirimkan sejumlah foto yang menunjukkan bagaimana perjalanan Ustadz
Anis mulai Senin hingga Rabu ini. Termasuk kegiatan di Kramat.
Setelah membaca berita di www.detik.com, otomatis saya menanyakan kebenaran berita tersebut. Teman-teman saya mengatakan mereka di Kramat disambut dengan hadrah para santri. Sejumlah santri mencat tubuhnya dengan angka 3. Ada sekitar 300 orang yang hadir. Ustadz Anis dan rombongan dijamu makan dengan prasmanan.
Saya bertanya, “Masak sih enggak ada santri yang demo? Di berita, katanya yang demo itu disuruh oleh keluarga pondok?”.
Jawab teman saya, “Lah, yang punya pondok itu wong Alegnya PKS, Mbak Iis”.
Hmmm… Jadi mikir…
Saya kemudian menanyakan perihal yang sama pada
teman yang berbeda yang juga turut mengawal Ustadz Anis. Saya masih
menanyakan kebenaran berita di www.detik.com
tentang adanya penolakan santri di Kramat. Saya bilang, di media online
tersebut ada foto papan yang bertuliskan “Pondok Kramat Anti-PKS”.
Teman saya yang kebetulan menjadi anggota Pandu Keadilan yang ibaratnya adalah Satgas-nya PKS menjelaskan, “Tulisan-tulisan itu dibawa anak-anak pesantren lain. Selidik-selidik, ternyata di depan Ponpes milik Gus ini adalah Caleg dari partai X. Yang demo anak-anak kecil, Mbak Iis. Masak mau kita usir. Situs berita tersebut melihat sisi menarik kedatangan Uztadz Anis lebih pada anak-anak kecil yang demo itu daripada bagaimana silaturahmi Ustadz Anis dengan 300 orang peserta yang terdiri dari perangkat desa, kelurahan, dan para alim ulama…”
Hmmm… Jadi mikir…
Saya tidak mau menyatakan berita di www.detik.com
itu bohong karena kenyataannya memang ada ‘demo’ ketika Ustadz Anis
hadir di Kramat. Tapi penjelasan dari teman-teman saya yang mengawal
Ustadz Anis selama di Jawa Timur juga patut didengarkan. Sebagai
pembanding, biarlah foto-foto ini yang berbicara bagaimana kegiatan
Ustadz Anis Matta selama di Kramat. Paling tidak, saya berharap tulisan
ini dapat membuka hati Kompasianer bahwa tak semua pemberitaan di media
harus diterima 100%. Perlu ada pembanding. Dan saya percaya, hati akan
jujur untuk bijak melihat sebuah kejadian. Tak perlu ada caci, maki,
kata yang menghinakan atau ucap yang merendahkan atas sesuatu yang kita
tidak ketahui dengan baik hanya berdasarkan suka atau tidak suka
terhadap sesuatu. Masing-masing berhak atas sikap yang diambil….
Salam damai,
Iis
Nah, ini foto ‘demo’ yang dimuat di situs detik.com: (red:di luar pagar)
0 comments:
Posting Komentar