PKS, dari sini segalanya bermula
Aku lahir di salah satu kota di Sumatera Utara. Tepatnya di Tanjung
Balai 26 tahun silam. Orang tuaku termasuk taat bergama. Melaksanakan
sholat 5 waktu ditambah sholat sunnah lainnya rutin dilaksanakan orang
tuaku. Bahkan ibuku tak jarang melaksanakan puasa senin - kamis.
Sewaktu kecil aku juga rajin melaksanakan perintah agama. Sholat,
mengaji sampai puasakupun rata-rata penuh setiap tahunnya. Tapi
semuanya berubah 1800 ketika aku mengenal masa remaja. Pada
masa ini aku mulai mengenal “dunia”. Kejahatan remajapun kulakukan.
Bolos sekolah, merokok dan kenakalan-kenakalan lainnya yang malu untuk
kuceritakan. Semua itu berjalan sampai aku lulus sekolah.
Setelah lulus aku memutuskan merantau ke Medan untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi. Jujur niat awal ketika itu hanya 20% untuk belajar.
Selebihnya aku pengen hidup bebas tanpa pantauan dari orang tua. Tak
mendapat tempat di universitas negeri, aku memutuskan kuliah di
universitas swasta. Dari sinilah segalanya bermula. Di kampusku aku
mengenal kelompok mahasiswa yang menurutku ketika itu ekstrim. Tampil
dengan jilbab panjang, laki-lakinya rata-rata berjenggot tipis dan
memakai bahasa ana, antum, akhi dan ukhti. Masih banyak lagi sebenarnya
tapi ketika itu hanya itu yang kuingat. Kalau ngomong matanya liatin
sepatu. Pokoknya aneh deh menurutku.
Waktu terus berlalu. Tak terasa satu semester aku sudah duduk di
perguruan tinggi. Dan selama itu aku merasa sangat bosan. Berkali-kali
kelompok ekstrim itu mengajakku bergabung dengan organisasi dakwah-nya
mereka. Tapi aku ogah. Hingga kemudian diskusi politik mengubah
segalanya. Pintu hidayah itu terbuka. Aku sangat tertarik dengan
mereka. Hingga kemudia aku mengikuti seluruh rangkaian dan jenjang
pengkaderan mereka. Sampai kemudian aku bersinggungan dengan PKS.
Memang, kebersinggungan itu dikarenakan aku tinggal di sekretariat DPC
PKS Medan Amplas. Tapi semakin aku masuk semakin aku menyadari
perjuangan organisasiku di kampus dengan perjuangan PKS. Tak pelak
akupun menjatuhkan hatiku ke PKS. Menghubungi orang tua, teman dan
keluarga dan mengenalkan PKS.
Perjuangan pemenangan PKS saat itu tahun 2007 ketika PILKADA SUMUT.
PKS ketika itu mengusung Gatot Pudjo Nugroho sebagai calon wakil
gubernur mendampingi Syamsul Arifin yang diusung PPP. Aku terlibat
sebagai saksi pasangan itu. Dan itulah kemenangan dakwah pertama yang
kurasakan. Menuju pemilu 2009 kesibukanku di dakwah kampus dan PKS
semakin meningkat. Dari mulai sosialisasi, kegiatan baksos, kampanye
sampai aku harus ngisi pelatihan saksi di seluruh kelurahan di Amplas.
Aku masih ingat betul hampir tiap malam aku harus pulang di atas jam 11
karena memberikan pembekalan untuk para saksi. Letih, tapi aku sangat
bahagia menjadi bagian perjalan panjang ini. Walau pada akhirnya suara
PKS tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Tapi perjuangan tidak
berhenti. Pilwakot Medan menanti. Lagi, aku dan kawan-kawan disibukkan
dengan even besar ini. Tapi memang Allah belum memberikan kemenangan
buat kami. Aku masih ingat betul di kantor tim pemenangan ust. Suryanda
Lubis (ketika itu Ketua DPD PKS Kota Medan) memberikan penguatan
kepada kami dengan memperdengarkan lagu Sinar feat ST12 yang berjudul
“jangan menangis”. Semua mata berkaca-kaca. Bahkan ada yang tak sungkan
untuk menjatuhkan air mata.
Kerja memang tak harus berhenti. Karena pelayanan umat sudah
menjadi misi perjuangan. PILKADA 2013 SUMUT akhirnya menjadi buah dari
kerja keras. Pasangan yang diusung PKS Gatot Pudjo Nugroho dan Tengku
Erry Nuradi memenangkan pertarungan satu putaran. Aku sangat senang.
Dan dari secuil kisah yang telah kulewati banyak hal yang bisa kuambil
hikmah. Dan PKS yang mengajari aku. Aku bersyukur berada dalam
orang-orang di jamaah ini. Kami memang bukan orang sholeh, bakan juga
orang baik. Tapi kami akan selalu berusaha menjadi orang sholeh dan
senantiasa menebar kebaikan di sekitar kami
By Saftian Cahyadi (follow @ian_sendja)
sumber:http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/04/08/pks-dari-sini-segalanya-bermula-549100.html
0 comments:
Posting Komentar