Character Assasination ala Media - )|( PKS Bae Kudus
Headlines News :
Home » » Character Assasination ala Media

Character Assasination ala Media

Kamis, 09 Mei 2013 | 06.11

 


Di masa perang informasi dan era propaganda sekarang ini, media menjadi bagian yang paling penting dari alat perjuangan politik termasuk dalam hal pencitraan (image building), invasi pemikiran (ghazwul fikri),pembunuhan karakter (Character Assasination) dan justifikasi tindakan terhadap publik.

Hari ini penulis menemukan headline pemberitaan dari Koran Tempo yang menuliskan “Fathonah pasok mobil ke artis hingga PKS”, ini salah satu contoh ‘Character Assasination' yang dialamatkan ke PKS melalui pemberitaan yang dilayangkan oleh pihak Tempo selaku pelaku media.

Jika pembaca yang menerima informasi ini tidak memiliki background information atau pengetahuan yang memadai sebelumnya, maka sudah barang tentu pembaca tersebut akan terjebak propaganda media dan menjadi korban manipulasi atas kalimat-kalimat tendesius tersebut.

Melalui sarana intervensi eksternal, media mulai menciptakan konsepsi stereotip terhadap pihak tertentu, memanipulasi sekaligus memutar balikkan fakta, mendistorsi kebenaran, melanggar prinsip fairness doktrin dan melakukan kebohongan publik dengan cara membesar-besarkan, mendramatisir, mengecilkan dan menyisihkan fakta-fakta tertentu.

Kebohongan merupakan suatu keniscayaan dalam pemberitaan media akhir-akhir ini.  Berita adalah rekontruksi pristiwa melalui simbol, kata-kata / gambar yang memiliki keterbatasan ruang (kolom) dan waktu (durasi), sehingga banyak fakta yang harus tersisihkan setidaknya melalui teori piramida terbalik yakni sangat penting, penting, dan tidak penting.

Itu sebabnya apa yang disajikan media bisa jadi merupakan realita semu yang sudah ditambah, dikurangi atau dibumbui dengan permain kata agar menarik perhatian public.

Yang membuat penulis heran adalah kebohongan yang secara sengaja telah dilakukan oleh pihak media belakangan ini, Pengalihan isu yang dilakukan atas kasus Anas yang sampai sekarang tak kunjung digantung di monas, dan tak pelak lagi drama singkunipun dijadikan salah satu alat mempelintir opini public.

Kasus Anas pun akhirnya hilang dari peredaran bak ditelan bumi, sebagaimana skandal gurita cikeas dan century yang hanya muncul sebentar dipermukaan tanpa penyelesaian. Benar-benar menambah deretan panjang pertanyaan penulis  “Drama  apakah yang sebenarnya sedang disetting oleh pihak media terhadap para aktornya???”

Masyarakat sekarang ini perlu mengetahui bahwa setiap media massa memiliki agendanya sendiri,  sesuai dengan visi misinya tersendiri. Secara teoritis, setiap media memiliki agenda media yang disetting sejak awal.

Agenda inilah yang mengendalikan akses penerima informasi terhadap berita dan infomasi yang ditawarkan oleh media massa tersebut. Asumsi teori agenda setting – yang diperkenalkan oleh Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw – menyebutkan bahwa media mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu.

Media mengatakan pada kita apa yang penting dan apa yang tidak penting. Media pun mengatur apa yang harus kita lihat, tokoh siapa yang harus kita dukung. Dengan kata lain, agenda media akan menjadi agenda publik/masyarakat.

Secara praktis, agenda setting menentukan apa yang harus diberitakan sehingga menjadi “agenda publik”, yakni isu utama yang menjadi bahan pembicaraan, hingga menjadi kebijakan media yang dapat mempengaruhi agenda politik yang pada akhirnya menentukan kebijakan publik.

Demikianlah, semua pemberitaan media pada dasarnya dibingkai (farming) berdasarkan agenda media atau skanario tertentu, sehingga menimbulkan pengaruh dan interpretasi tertentu dan menciptakan opini publik.

Opini itulah yang mengendalikan pemikiran dan sikap masyarakat terhadap isu tertentu. Untuk saat ini mustahil mencari pemberitaan media yang bersifat objektif karena Objektivitas di media massa adalah “objektivitas yang bersifat subjektif”.

Lihat saja bagaimana akhir-akhir ini media massa menggiring opini publik pada kasus suap LHI, penggiringan yang terkesan ngawur dan begitu didramatisir. Dari dugaan suap kuota sapi impor yang sampai saat ini masih dipertanyakan kebenaran, Ahmad Fathonah yang mengaku kader PKS (tanya apakah punya kartu anggota), padahal jelas-jelas PKS telah membantah hal tersebut, kasus suap yang tak terbukti itupun kini beralih status menjadi pencucian uang hingga menyeret-nyeret nama beberapa petinggi partai yang selalu mengatasnamakan diri sebagai partai dakwah, tak hanya itu untuk menghancurkan identitas partai dakwah ini akhirnya mediapun kalab dengan mengarahkan kasus ini ke gratifikasi seks yang dilakukan AF tapi dosanya dilimpahkan secara mentah ditubuh partai.

Ini jelas merupakan bagian skenario 'Character Assasination' ala media dan setidaknya public harus lebih bijak lagi menyikapi permasalahan ini.

by @ArniSmart on twitter
Share this article :

0 comments:

Post Terpopuler

Arsip Blog

Total Tayangan Halaman

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. )|( PKS Bae Kudus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger