Musibah berat dialami Nabi Muhammad saw,
yaitu meninggalnya istri beliau sekaligus pendukung utama, disusul
meninggal pula pelindung kuatnya, pamannya, yaitu Abu Thalib. Abu Thalib
walau bukan muslim, tapi pengaruhnya membuat segan lawan-lawan Nabi
Muhammad saw.
Dalam kesedihan, beliau mencari
perlindungan dan medan dakwah baru, yaitu Thaif. Nabi punya harapan di
Thaif karena kerabatnya menjadi Pembesar kota itu. Tetapi walaupun nabi,
ternyata tiak bisa menduga sambutan apa di kota Thaif. Ternyata,
kerabatnya itu menyiapkan masyarakat dan anak-anak untuk melempari Nabi
dengan batu.
Karena nabi juga manusia biasa, badan
beliaupun luka dan berdarah-darah. Untuk menghindari lemparan batu-batu
itu, nabi akhirnya menyelinap ke kebun warga. Sambil bersandar pada
batang pohon, menyeka luka-lukanya, nabi melantunkan doanya,
Tiba-tiba muncul Jibril memanggil Nabi seraya berkata,
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan dan jawaban kaummu terhadapmu, dan Allah telah mengutus Malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan sesukamu,“ .
Kemudian Malaikat penjaga gunung memanggil nabi dan mengucapkan salam, lalu berkata,
“ Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu. Aku adalah Malaikat penjaga gunung, dan Rabb-mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perintahkan sesukamu, jika engkau suka, aku bisa membalikkan gunung Akhsyabin ini ke atas mereka.”
Jawab Rasulullah SAW,
“Bahkan aku menginginkan semoga Allah berkenan mengeluarkan dari anak keturunan mereka generasi yang menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, dengan sesuatu pun.”
(sumber : http://abizakii.wordpress.com/2010/05/04/pengalaman-pahit-rasulullah-saw-di-thaif/)
Pelajaran apa yang bisa diambil?
Saat ini, saya sedang dirundung duka. Bersamaan itu dilempari dan dihujani batu-batu yang wujudnya caci maki hujatan dan olok-olok. Maka aku tengadahkan tanganku ke langit mengadu kepada Zat yang menciptakan bintang-bintang,
“Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan dosa-dosaku/ Ya Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku dan kurangnya kesanggupanku/ dan aku juga mengadukan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia/ Wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang/ Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku/ Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? / Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku/ ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku?/ atau kepada anak-anak muda yang mencela kami dan pemimpin kami/ Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan, / karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku./ Aku berlindung dari Murka-Mu atas kesalahanku pada sinar cahaya wajah-Mu,/ yang dengan Cahaya-Mu jadi terang segala yang gelap/ dengan Cahaya-Mu jadi baik semua urusan dunia maupun akhirat/ Ya Allah anugerahkan pula cahaya-Mu kepada saudara-saudara kami yang mencela dan menghujat kami/ atau kepada anak-anak cucu-cucu mereka/ Semoga Engkau berkenan Ya Allah Tuhan Langit dan Bumi/ Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu"
amin amin amin
oleh: Astocha Abdurrahman
sumber:http://politik.kompasiana.com/2013/04/26/belajar-dari-lemparan-batu-550473.html
0 comments:
Posting Komentar