Sebelas bulan lalu, saat publik geger dengan penetapan Luthfi Hassan Ishaaq (LHI) sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap impor daging sapi, saya mencatat sedikitnya ada lima peristiwa penting yang mengiringinya.
Saya tak berada di posisi untuk mengatakan bahwa LHI tak bersalah dan juga tak bermaksud mengatakan KPK mendapat “pesan sponsor” dari pihak lain. Saya hanya ingin mengajak publik melihat kasus ini dengan jernih berdasarkan fakta yang tersedia di lapangan.
Pertama,
Rabu (30/1)The Jakarta Post memuat laporan tentang keanehan laporan
pajak keluarga Istana. Judulnya: First Family Tax Returns Raises Flags.
Silakan buka http://www.thejakartapost.com/ news/2013/01/30/ first-family-tax-returns-raises -flags.html.
Menariknya, mengapa data pajak keluarga istana bisa bocor ke media? Dan mengapa hanya The Jakarta Post yang mendapatkannya?
Andai
tak ada penetapan tersangka kepada LHI, bisa jadi isu yang diangkat
oleh The Jakarta Post bergulir liar. Atau bisa jadi ada agenda
tersembunyi lain. Kebetulankah?
Kedua,
Kementerian Pertanian baru saja menghentikan impor sementara produk 13
produk hortikultura mulai Januari-Juni 2013. Negara lain protes terhadap
kebijakan ini, seperti Amerika Serikat (AS) yang melaporkan kebijakan
tersebut ke organisasi ke WTO.
Menteri
Pertanian (Mentan) Suswono menyatakan negara-negara maju sangat tidak
fair (adil) dalam soal impor. Menurutnya, Indonesia hanya dimanfaatkan
sebagai pasar dariproduknya.
"Negara-negara maju itu nggak fair," ungkapnya dalam diskusi publik di kantor PBNU, Kramat, Jakarta, Kamis (31/1/2013).
Suswono adalah kader PKS. Dan ada yang menduga kasus LHI berhubungan dengan kebijakan yang dikeluarkan Suswono. Kebetulankah?
Ketiga,
Dubes AS Scot Marciel menyambangi gedung KPK, Rabu sore. Dalam
pertemuan itu, Marciel kembali menawarkan kerjasama peningkatan SDM KPK.
Salah satu yang ditawarkan adalah bantuan pelatihan.
"Jadi
sudah lakukan bantuan di masa lalu, dan kita terus memberikan bantuan
itu seperti pelatihan dan capacity building supaya performa KPK menjadi
lebih baik lagi," papar Marciel.
Malam harinya, LHI ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Kebetulankah?
Keempat,
kasus ini mencuat saat Pilgub Jabar tak lama lagi berlangsung. Dengan
junlah penduduk terbanyak di Indonesia, Pilgub Jabar menjadi target
penting bagi parpol. Banyak pihak yang menduga, Ahmad Heryawan yang
merupakan kader PKS dan akan maju kembali menjadi gubernur berpasangan
dengan Deddy Mizwar, menjadi pihak yang paling terkena dampaknya.
Kebetulankah?
Kelima,
penetapan tersangka dilakukan kemudian disusul kedatangan tim KPK ke
kantor DPP PKS yang saat itu para petingginya sedang mengadakan rapat
rutin mingguan. Drama pun terjadi. Kebetulankah?
Hari
ini, 9 Desember 2013, bertepatan dengan Hari AntiKorupsi, vonis LHI
akan dibacakan. Hakim hanya mempunya waktu 2 hari kerja (Kamis-Jumat)
usai LHI membacakan pledoinya, Rabu (4/12). Kebetulankah?
Banyaknya
kebetulan ini membuat kecurigaan kita kian menguat terhadap adanya
rekayasa besar dalam kasus LHI. Dan fakta-fakta persidangan ternyata
membuktikan bahwa LHI sama sekali tak menerima uang suap Rp 1,3 miliar
dari Fathanah plus tak bisa mempengaruhi Menteri Pertanian Suswono
menambah kuota daging impor sapi.
Lalu, jika LHI akhirnya divonis bersalah, meski tak bersalah, apakah itu sebuah kebetulan juga?
Kebetulan
dalam peristiwa politik adalah sebuah barang mewah. Jika kebetulannya
terlalu banyak, kita bisa menyimpulkan sendiri apa yang sesungguhnya
terjadi pada kasus LHI.
Sumber:https://www.facebook.com/erwyn.kurniawan
1 comments:
Kalau Akhirnya LHI dipaksakan menjadi " terhukum",sementara banyak keanehan2 yg mengiri kasusnya dan menyisakan tanda tanya besar ??? maka biarlah waktu yg akan mengurainya pada waktunya nanti... Hasbunallah wa nikmal wakiil. Dan insyaallah LHI jauh lebih tegar dan shabar dlm menghadapi apapun nanti yg dipaksakan kepada beliau
Posting Komentar