'Bongkar' Penghujat PKS - )|( PKS Bae Kudus
Headlines News :
Home » » 'Bongkar' Penghujat PKS

'Bongkar' Penghujat PKS

Rabu, 24 April 2013 | 23.20



Beberapa penulis di Kompasiana pada kanal politik sering menyerang partai Islam terbesar di Indonesia, yakni PKS. Setuju atau tidak, harus diakui partai inilah yang paling banyak mendapat dukungan dari pemilihnya yang merupakan suara mayoritas umat Islam. Haters, pengkritik, pembenci, ini berdalih apa yang ditulis dan dikomentari merupakan fakta terjadi saat ini. Walaupun tuduhan bahkan hujatan PKS haters itu dibantah oleh PKS Lovers namun tetap tidak memuaskan mereka. Bahkan tidak jarang kata-kata kotor menghiasi sebagian komentatornya.

Yang menarik adalah beberapa diantaranya sering mengatakan secara eksplisit maupun implisit bahwa PKS itu partai yang menjual agama. Padahal, mereka seharusnya menyadari bahwa apapun dan bagaimanapun partai inilah harapan umat Islam, karena misi-misi yang dibawanya adalah memperjuangkan kepentingan Islam. Dan kenyataan bahwa pemilih terbesarnya adalah umat Islam, ini tidak terbantahkan.

Nah disinilah awalnya perlakuan diskriminatif itu mereka lakukan, yakni dengan cara menyerang Islam melalui PKS. Karena pada kenyataannya bahwa yang menulis tentang PKS ini terkadang akidahnya tidak jelas, sering mencampuradukkan masalah iman ke wilayah abu-abu. Sekali lagi penulis menyadari tidak semua demikian. Namun komen-komen yang tidak konsisten dibeberapa opininya di Kompasiana dapat sebagai rujukan penulis.

Beberapa hal yang tidak bisa dipungkiri adalah ketika seorang penulis bernama Jack Soetopo mengatakan bahwa ia alumni Kairo, tapi pemahamannya tentang Islam agak bisa diktakan kurang dari pemahaman Islam pada umumnya. Apalagi dalam sebuah tulisannya dia mengatakan bahwa campur tangan Sang Hyang Widhi dalam masalah kebanjiran di Jakarta, ironis dengan komentar dan tulisannya yang sering berkoar-koar bahwa ia beragama Islam. 

Di satu sisi dia tidak mengenal PKS, disisi lainnya ia menghujat PKS seperti calo dan akan membongkar semua kebobrokan yang ada pada partai tersebut (kita tunggu). Begitu juga pengakuannya menjadi orang yang dekat dengan Bung Karno, bahkan ketika sekarat ia mengatakan berada disebelah Bapak Proklamator tersebut. Yang lebih parah lagi dia menghujat PKS itu partainya tukang kawin, namun ketika ditanyakan apakah ia tahu bahwa Bung Karno istrinya banyak, ia hanya terdiam saja. 

Belum lagi pengakuannya sebagai mantan tukang becak tamatan SLTP dan bekerja di luar negeri dan setelah pensiun akan kembali ke Indonesia dan memilih tempat tinggal di Bali. Namun dibeberapa artikel dia masih menyempatkan cerita tentang curhatnya dengan sesama tukang becak di Jogja. Hal ini terlihat tidak konsisten dan terkesan ia seorang fiksianer menurut saya, mohon koreksi. Beberapa kali komen saya terhadapnya dibelokkan ke topik lain untuk mengalihkan opini. Itu sah-sah saja walaupun terlihat lari dari permasalahan.

Penulis lain yang ‘menyerang’ PKS adalah Gatot Swandito (GS). Begitu gencarnya dia menyerang PKS apalagi akhir-akhir ini sering menggunakan kata-kata akhi, antum padahal maksudnya mencibir PKS Lovers.

Padahal sejatinya ia adalah seorang yang anti partai, sebagaimana terbaca dalam tulisannya yang menggeneralisir semua partai itu sama saja, apalagi PKS yang membawa ‘label’ islam merupakan suatu yang wajib bukan sunat lagi untuk diserang habis-habisan. Ketika ia diminta untuk membuat partai baru yang sesuai dengan keinginannya ia sedikit memprotes kenapa itu harus ia lakukan. Dan ketika ditanyakan media apa yang harus digunakan untuk mendukung semua idenya dalam tulisan ia juga belum menjawab.

Ia banyak menulis tentang ketidakkonsistenan PKS dalam mengambil sebuah keputusan politik yang menurutnya adalah suatu yang tidak pantas dalam partai yang menaungi umat islam. Sama dengan JS banyak bantahan juga yang diajukan kepadanya, namun ia tidak bisa menerimanya sehingga membuatnya jenuh menulis tentang partai yang fenomenal tersebut. Namun dibalik itu ternyata ia masih juga menyempatkan menulis tentag PKS (benci atau cinta?) walaupun tidak secara eksplisit menyebut nama partainya. Hal ini bisa dilihat dari tulisan-tulisannya di kanal politik dan komentarnya terhadap parti itu. Sekali lagi itu suatu hal yang sah-sah saja, mohon koreksi.

Bagaimana dengan Agus Sutondo (AS)? Mantan napi koruptor ini akhir-akhir ini agak berkurang tulisannya di Kompasiana, mungkin sibuk pencalegan (lagi) dari partai lamanya (atau partai baru?) Penulis ini begitu gencarnya menyerang PKS dengan memberikan beberapa link yang menguatkan tentang tuduhannya tersebut. Pada suatu saat ketika ditemukan kenyataan bahwa keterlibatannya terhadap tindak pidana korupsi, semua itu dibantahnya bahkan mengatakan ia bersama rekan-rekannya telah mendapat putusan bebas dari MA dan nama baiknya harus dipulihkan kembali. Ketika ditanyakan putusan MA tersebut atau link yang menganulir putusan Pengadilan yang meutuskannya bersalah, ia belum dapat memberikan jawaban. 
Setidaknya itu yang saya ikuti sampai saat ini, mohon koreksi jika saya keliru.

Mengapa AS begitu bencinya dengan PKS tidak terlepas dari background platform partainya yang berbeda. Apalagi di Pilkada Jabar dan Sumut partainya mengajukan gugatan ke MK terhadap kekalahannya yang beruntun di dua Provinsi terbesar di Indonesia tersebut. Sehingga wajarlah dengan kebebasan menulis di Kompasiana ia dapat menumpahkan segala kekesalannya terhadap partai tersebut untuk diketahui para Kompasianer. Terlebih lagi di Depok tempatnya terpilih sebagai anggota Dewan dinahkodai oleh seorang Walikota dari Kader partai yang dibencinya.

Sekali lagi saya tidak membatasi perjuangan umat Islam itu hanya lewat partai politik, tapi bisa saja dengan ‘kendaraan’ lain seperti ; ormas, media, yayasan, ponpes, dan sebagainya. Kepada Islamlah kita harus fanatik, bukan kepada kendaraanya. Karena kendaran bisa saja keliru namun Islam adalah sebuah kebenaran.

Sekedar catatan tambahan bahwa beberapa penulis yang mengkritisi PKS telah banyak menyumbangkan ide, kritikan, opininya di Kompasiana. Begitu banyak tulisan-tulisan mereka sehingga setiap ada kejadian aktual selalu menginspirasikannya untuk menulis. Memang begitulah seharusnya pemikiran seorang yang masih menjunjung tinggi idealisme, walaupun ketika menghadapi kenyataan di lapangan terkadang harus berfikir dua kali untuk mengaplikasikan keidealismeannya, karena penonton sepak bola tidak sama dengan pemain bola itu sendiri.

Dibalik banyaknya tulisan-tulisan mereka ketika dihadapi sebuah kenyataan bahwa mereka harus menulis tentang hal yang ‘negatif’ tentang PKS maka akan banyak mendapat bantahan dari PKS Lovers baik dari yang awam maupun yang paham ‘isi’ partai tersebut. Sehingga terkadang dalam komen-komen mereka terlihat adanya keputusasaan dalam menghadapi bantahan-bantahan atas tulisan pendiskreditannya terhadap PKS. 

Sementara di era Kompasiana sebelumnya kebiasaan tulisan seseorang akan mendapatkan dukungan komentar dari para Kompasianer, bahkan tidak sedikit yang memberikan sanjugan yang berlebihan. Tapi beda halnya ketika PKS yang dijadikan bahan tulisan apalagi berniat menyerang dengan cara-cara yang kurang etis, maka para ‘bodyguard’ PKS akan turun tangan membela sesuai kapasitasnya.
Itulah konsekwensi Membangunkan Macan Tidur.

sumber:http://politik.kompasiana.com/2013/04/24/membongkar-pks-heaters--554021.html
Share this article :

0 comments:

Post Terpopuler

Arsip Blog

Total Tayangan Halaman

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. )|( PKS Bae Kudus - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger